Liputan6.com, Jakarta Putus cinta dalam sebuah hubungan adalah hal yang biasa, namun yang perlu Anda tahu, perpisahan ternyata dapat mempengaruhi kesehatan tubuh.
Masalah yang timbul pada tubuh bisa bersifat fisik, emosional atau mental. Reaksinya juga akan berbeda di tiap orang tergantung pada tingkat keseriusan hubungan tersebut. Dalam beberapa kasus, ada yang sampai bunuh diri. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah beberapa masalah kesehatan yang dapat timbul saat putus cinta.
Baca Juga
1. Respon melemah
Advertisement
Putus cinta akan membuat tubuh menjadi stres dan ini mempengaruhi respon Anda seperti konsentrasi yang buruk, cemas yang berlebihan yang suatu saat bisa berubah menjadi depresi.
2. Mempengaruhi rasa lapar dan jam tidur
Saat putus cinta, tubuh cenderung melepaskan hormon stres yang disebut dengan kortisol. Ini memainkan peran untuk mengalihkan darah dari sistem pencernaan Anda. Hal tersebut dapat memicu kondisi seperti sindrom iritasi usus (IBS) yang akan membuat makan berlebihan atau makan lebih sedikit. Berbicara tentang tidur, insomnia atau hypersomnia adalah fenomena umum yang dialami orang-orang yang baru berpisah. Anda akan merasa energinya lebih rendah, stres, depresi dan lainnya.
3. Menyebabkan pelepasan neurotransmitter dopamine
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Colombia University menemukan bahwa putus dari hubungan, mempengaruhi otak Anda secara signifikan. Hal ini mirip dengan cara kerja otak para pecandu kokain terpengaruh selama pemakaian. Sebuah neurotransmiter yang disebut dopamin dilepaskan oleh beberapa bagian otak, hormon ini memainkan peran penting dalam otak dan tubuh. Itu akhirnya membuat kita terobsesi dengan orang yang paling kita sukai.
Â
Homon stres
4. Merilis hormon stres
Kortisol adalah hormon stres yang dilepaskan ketika seseorang sedang mengalami stres serta kadar glukosa darah rendah. Salah satu pemicunya adalah putus cinta atau patah hati. Patah hati akan menyebabkan hormon kortisol lebih lama berada di dalam tubuh. Ini akan mempengaruhi Anda sehingga jadi lebih stres, sering ketakutan, kelelahan fisik dan lainnya.
5. Melemahkan sistem kekebalan tubuh
Patah hati akan melemahkan sistem kekebalan tubuh Anda dengan mematikan bagian-bagian tertentu dari tubuh yang bertugas memerangi mikroba penyebab penyakit. Patah hati menghasilkan sekresi hormon stres yang akan mempengaruhi sistem kekebalan Anda selama rentang waktu tertentu. Ini akan membuat Anda lemah dan menjadi lebih sensitif terhadap penyakit.
6. Mengalami sindrom patah hati
The American Heart Association mengungkapkan bahwa saat putus dengan seseorang, Anda akan mengidap yang namanya sindrom patah hati. Hal ini akan memperbesar hati Anda untuk sementara. Pada kondisi ini, sebagian dari jantung Anda tidak memompa dengan baik, sementara yang lainnya melakukan fungsi seperti biasa, yang berarti kontraksi bisa menjadi lebih kuat.
Dalam sebuah survei ditemukan bahwa perempuan lebih sering terkena dampak sindrom ini yakni sekira 80 persen dibandingkan dengan laki-laki. Gejala-gejala sindrom patah hati itu meliputi detak jantung yang tidak teratur dan nyeri dada. Oleh karena itu sering disalahartikan sebagai serangan jantung.
7. Menyebabkan masalah kulit
Tingkat stres yang tinggi dapat menyebabkan masalah kulit seperti jerawat. Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2007 oleh para peneliti di Wake Forest University di North Carolina menemukan bahwa orang yang mengalami tingkat stres berlebihan seperti saat putus, 23 persen lebih banyak resiko berjerawat. Studi tersebut juga mengungkap bahwa stres dapat memicu peradangan dan jerawat adalah hasil dari peradangan kulit. (Antara/Maria Cicilia)
Advertisement