Dokter Saraf Tak Anjurkan Terapi Kejut Listrik untuk Pasien Stroke

Terapi kejut listrik untuk pasien stroke demi memperlancar aliran darah sebenarnya tidak dianjurkan.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 20 Sep 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2018, 18:00 WIB
Ilustrasi stroke (iStockphoto)
Ilustrasi stroke (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Terapi kejut listrik untuk mengatasi stroke kini hangat diperbincangkan setelah sebuah video yang memperlihatkan pasien stroke diterapi oleh seseorang berseragam TNI cukup viral. Dalam video, terapi alternatif itu dilakukan menggunakan kabel, colokan, serta lempengan. 

Tujuan dari terapi kejut listrik agar saraf yang tersumbat dari pasien stroke dihidupkan kembali. Aliran darah pun kembali lancar.

Menyoal terapi kejut listrik sebagai pengobatan alternatif, dokter spesialis saraf Mohammad Kurniawan punya pendapat berbeda. Menurutnya, terapi tersebut tidak dianjurkan secara medis.

"Bicara terapi pada pasien stroke seringkali dipicu pasien terlambat datang ke rumah sakit saat serangan stroke (kelumpuhan pada anggota tubuh) terjadi. Akibat penanganan stroke terlambat, angka kecacatan tinggi. Banyak pasien yang hopeless (putus asa). Lantas mereka cari pengobatan alternatif," jelas Kurniawan, ditemui pada acara talkshow penanganan stroke di Hotel Double Tree, Jakarta, Kamis (20/9/2018).

Kurniawan mengatakan, pengobatan alternatif dengan terapi kejut listrik itu belum memiliki bukti ilmiah. Berbicara terapi harus ada bukti ilmiah. Bukti ilmiah pun harus didukung dengan penelitian ilmiah.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Hanya kebetulan sembuh

Mat Solar bertemu Komandan Koramil 2101/Sukaraja, Kabupaten Bogor, Kapten (Inf) Tatang Taryono. (Foto: Dok. Pribadi)
Mat Solar bertemu Komandan Koramil 2101/Sukaraja, Kabupaten Bogor, Kapten (Inf) Tatang Taryono. (Foto: Dok. Pribadi)

Jika ada pernyataan soal terapi kejut listrik dapat menyembuhkan stroke, Kurniawan mengatakan, hal tersebut hanya faktor kebetulan saja. Ini karena menyangkut testimoni.

"Tolong dibedakan antara testimoni secara klinis dan bukti ilmiah. Kalau testimoni misalnya (terapi kejut listrik) berhasil, itu kebetulan aja. Mungkin strokenya ringan. Bisa dibilang hanya gejala pendahulu stroke (lemas, lumpuh sesaat) yang baru 30 menit terus langsung hilang," Kurniawan menjelaskan.

Kurniawan menyarankan agar pasien mempertimbangkan sebelum mencoba terapi alternatif guna menangani stroke. Menurutnya, ada kemungkinan usai diterapi pasien seperti menunjukkan kesembuhan, tapi bisa saja sebulan kemudian serangan stroke sesungguhnya terjadi.

"Yang pasti kami (secara medis) sampai sekarang tidak menganjurkan pasien stroke untuk melakukan terapi alternatif kejut listrik itu," tambah Kurniawan, yang berpraktik di RS Cipto Mangkunsuma Jakarta.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya