Liputan6.com, Teluk Bintuni Anneke Alfonsina Merabano (40) adalah ibu rumah tangga asal Kecamatan Aroba, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Di sela-sela melakukan aktivitas mengurus keluarga, sudah 12 tahun terakhir ia menangani kasus malaria di kampungnya.
Di pertengahan 2006 masyarakat di kampung Aroba sepakat memilih Anne sebagai juru malaria kampung (JMK). Ia tak memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, tapi sosok yang keibuan, detail, dan telaten membuat masyarakat kampung sepakat memilihnya untuk menjadi JMK.
Advertisement
Baca Juga
Dipercaya warga untuk menjadi JMK, Anne mengikuti pelatihan pencegahan dan penanganan malaria selama tiga hari. Sepulang dari pelatihan, ia melihat sendiri bagaimana menderitanya seseorang terkena malaria. Anak pertamanya, Rosita, menunjukkan gejala malaria.
Advertisement
"Setelah pulang dari pelatihan, anak saya ini sudah terlihat lemah. Sudah mual, muntah, badannya sudah panas. Langsung saja saya praktikkan apa yang didapat dari pelatihan," kata Anne.
Â
Â
Segera ia mengeluarkan kit malaria. Lalu, ia mengambil sedikit darah anaknya. Kemudian, ia teteskan ke test pack malaria. Hasilnya: positif malaria. Segera ia berikan obat malaria yang disesuaikan dengan usia anaknya yang kala itu duduk di kelas 5 SD.
"Wah luar biasa. Ibu macam terharu. Makanya, ibu pikir ini tugas yang baik, bisa menyelamatkan seseorang," kata Anne saat berbincang dengan Health-Liputan6.com di Teluk Bintuni, Papua Barat beberapa waktu lalu.
Â
Saksikan juga video menarik berikut
Tugas JMK
Kehadiran JMK merupakan solusi akan keterbatasan tenaga kesehatan di Tanah Papua. Tugas JMK tak hanya melakukan pengecekan seseorang yang diduga terkena malaria. Anne dan banyak JMK lain juga aktif melakukan tindakan preventif.
Sehari-hari ia bertugas mengecek air menggenang di wilayah kampungnya. Ia harus memastikan tidak ada ada jentik-jentik nyamuk. Lalu, ia juga memberikan sosialisasi ke masyarakat agar tidak membiarkan ada air menggenang.
Ia juga kerap menggelar pertemuan rutin dengan masyarakat kampung. Memberikan edukasi mengenai gejala-gejala malaria serta tata laksana penanganan malaria.
Upaya Anne mulai terlihat sesudah program JMK berjalan empat tahun. Angka kasus malaria perlahan-lahan menurun di Aroba di 2010. Bahkan, pada 2017, kasus malaria hanya berjumlah belasan.
"Kalau dulu setahun ada puluhan orang di kampung kena malaria. Banyak orang-orang yang ibu kenal kena ini. Kalau sekaragn sekitar 10-15 orang yang kena, tapi itu orang yang dari luar kampung. Kalau orang kampung sekarang tidak ada yang kena malaria," cerita ibu empat anak ini.
Berkat dedikasi Anne berjuang melawan malaria, per 2011 ia dikontrak menjadi salah satu staf Dinas Kesehatan Teluk Bintuni. Tugasnya sama, fokus pencegahan dan penanganan malaria.
Advertisement