Bekerja dengan Bahagia, Kunci Terhindar dari Demensia

Demensia bisa dicegah dengan pola hidup sehat, aktivitas fisik, dan yang terpenting, bekerja dan berkarya dengan bahagia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 01 Okt 2018, 16:00 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2018, 16:00 WIB
Kantor dan tempat kerja
Ilustrasi kantor dan tempat kerja (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Selain menjaga pola hidup sehat dan aktivitas fisik, melakukan suatu hal dengan bahagia juga menjadi kunci terbebas dari demensia. Hal ini dikatakan oleh Pembina Alzheimer Indonesia dokter spesialis saraf Yuda Turana.

Salah satunya, bekerja dengan bahagia.  "Bukan sekadar bekerja, tetapi dengan happiness (bahagia)," ujar Yuda ketika ditemui Health Liputan6.com seusai peresmian Pusat Pelayanan Terpadu Demensia Alzheimer di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta ditulis Senin (1/10/2018).

Yuda mengatakan, ada orang-orang yang mengatakan mencegah pikun yang berujung demensia, bisa dilakukan dengan beberapa permainan salah satunya sudoku.

"Tapi tunggu dulu, (melakukan) sudoku itu harus senang," tambah pria yang kini menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta itu tersebut.

Sehingga, apabila seseorang bermain sudoku namun tidak dengan bahagia melakukannya, fungsi kognitifnya akan tetap menurun.

"Sehingga, yang penting harus senang melakukannya. Yang disebut berkarya adalah bekerja dengan bahagia di dalamnya," kata Yuda.

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 


Olahraga juga Harus Bahagia

Ilustrasi olahraga
Ilustrasi olahraga (iStockphoto)

Selain bekerja, aktivitas olahraga juga harus dilakukan dengan senang agar benar-benar ampuh untuk mencegah demensia.

"Ada penelitian kepada binatang. Tikus yang berputar terus di satu roda, dengan tikus yang memilih mainannya. Setelah diotopsi otaknya, sebenarnya paling respon tikus yang memilih sendiri," papar Yuda.

Sehingga menurutnya, untuk memilih olahraga yang bisa mencegah demensia haruslah yang menyenangkan menurut Anda, sekaligus terprogram.

"Meskipun olahraga dibilang sehat, iya tetapi harus ada kata menyenangkan dan terprogram," ujarnya.

Hal tersebut tidak hanya berlaku bagi mereka yang belum terkena demensia, namun juga para orang yang sudah terdiagnosa masalah tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya