Saran KPAI untuk Pulihkan Mental Anak Korban Gempa Palu

Selain trauma healing, pemerintah dan pemerintah daerah juga harus menyediakan sarana bermain dan rekreasi bagi anak korban gempa Palu dan terdampak lainnya.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 05 Okt 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2018, 14:00 WIB
Melihat Anak-anak Pengungsi Gempa Palu
Seorang ibu dan anaknya duduk di tenda sebuah kamp sementara setelah gempa dan tsunami di Palu, Selasa (2/10). Data terbaru BNPB menunjukkan, korban tewas akibat tsunami dan gempa di Sulawesi Tengah sudah mencapai 1.347 orang. (AFP/JEWEL SAMAD)

Liputan6.com, Jakarta Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan, gempa Palu memiliki dampak yang sangat berat bagi psikologi anak. Penyembuhan trauma (trauma healing) harus dilakukan sebagai kegiatan yang bisa menilai kondisi kejiwaan anak korban gempa dan tsunami di Palu, Donggala, Sigi dan sekitarnya.

"Dari hasil assessment tersebut, menjadi data dan dasar bagi penanganan tindak lanjut dalam penyembuhan trauma anak," ujar Komisioner KPAI Bidang Sosial dan Anak dalam Situasi Darurat Susianah Affandy dalam rilis yang diterima Health Liputan6.com, Jumat (5/10/2018).

Kegiatan trauma healing ini juga diharapkan dapat mengembalikan fungsi sosial anak-anak korban gempa Palu. Terutama, karena mereka banyak yang kehilangan orangtua dan keluarga yang menjadi korban jiwa saat gempa.

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

Sediakan Ruang Konsultasi Keluarga

Jokowi mengunjungi korban gempa dan tsunami yang dirawat di rumah sakit darurat di Bandara Mutiara Sis Al-Jufri, Kota Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: Setkab)
Jokowi mengunjungi korban gempa dan tsunami yang dirawat di rumah sakit darurat di Bandara Mutiara Sis Al-Jufri, Kota Palu, Sulawesi Tengah. (Foto: Setkab)

Selain penyembuhan trauma, KPAI juga meminta pemerintah harus menyediakan Ruang Konsultasi Keluarga di sekitar tenda pengungsian. Kehadiran ruang ini diperlukan karena anak-anak dan keluarga membutuhkan waktu lama tinggal di pengungsian.

Susianah memaparkan, dampak gempa dan tsunami menyebabkan perubahan perilaku masyarakat yang awalnya hanya tinggal bersama satu keluarga yang dikenal, kemudian tinggal bersama keluarga lain yang tidak dikenal oleh anak.

"Ruang Konsultasi Keluarga berfungsi sebagai ruang edukasi masyarakat terhadap permasalahan seperti kesehatan, pusat trauma healing dan informasi keluarga," paparnya.

Selain tempat konsultasi, Ruang Sahabat Anak harus disediakan sebagai tempat bermain, olahraga, dan rekreasi bagi anak-anak korban terdampak bencana.

"Gempa juga menyebabkan anak-anak kehilangan tempat bermain, belajar dan rekreasi untuk mendukung tumbuh kembangnya menjadi generasi sehat dan cerdas," kata Susianah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya