Liputan6.com, Jakarta Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan, gempa Palu memiliki dampak yang sangat berat bagi psikologi anak. Penyembuhan trauma (trauma healing) harus dilakukan sebagai kegiatan yang bisa menilai kondisi kejiwaan anak korban gempa dan tsunami di Palu, Donggala, Sigi dan sekitarnya.
"Dari hasil assessment tersebut, menjadi data dan dasar bagi penanganan tindak lanjut dalam penyembuhan trauma anak," ujar Komisioner KPAI Bidang Sosial dan Anak dalam Situasi Darurat Susianah Affandy dalam rilis yang diterima Health Liputan6.com, Jumat (5/10/2018).
Baca Juga
Kegiatan trauma healing ini juga diharapkan dapat mengembalikan fungsi sosial anak-anak korban gempa Palu. Terutama, karena mereka banyak yang kehilangan orangtua dan keluarga yang menjadi korban jiwa saat gempa.
Advertisement
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Sediakan Ruang Konsultasi Keluarga
Selain penyembuhan trauma, KPAI juga meminta pemerintah harus menyediakan Ruang Konsultasi Keluarga di sekitar tenda pengungsian. Kehadiran ruang ini diperlukan karena anak-anak dan keluarga membutuhkan waktu lama tinggal di pengungsian.
Susianah memaparkan, dampak gempa dan tsunami menyebabkan perubahan perilaku masyarakat yang awalnya hanya tinggal bersama satu keluarga yang dikenal, kemudian tinggal bersama keluarga lain yang tidak dikenal oleh anak.
"Ruang Konsultasi Keluarga berfungsi sebagai ruang edukasi masyarakat terhadap permasalahan seperti kesehatan, pusat trauma healing dan informasi keluarga," paparnya.
Selain tempat konsultasi, Ruang Sahabat Anak harus disediakan sebagai tempat bermain, olahraga, dan rekreasi bagi anak-anak korban terdampak bencana.
"Gempa juga menyebabkan anak-anak kehilangan tempat bermain, belajar dan rekreasi untuk mendukung tumbuh kembangnya menjadi generasi sehat dan cerdas," kata Susianah.
Advertisement