Langkah Dampingi Tumbuh Kembang Anak dengan ADHD

Pada anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), mereka memiliki karakteristik perilaku yang cenderung unik dibandingkan anak-anak biasa.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Nov 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2018, 19:00 WIB
Ilustrasi Anak Autisme (iStockphoto)
Bukan hal yang mudah untuk mendampingi setiap fase perkembangan anak dengan ADHD. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Dunia anak adalah ajang untuk mulai mengeksplor lingkungan dan mempelajari berbagai hal yang masih dianggap baru. Adalah hal wajar apabila keaktifan dan rasa ingin tahu di usia anak-anak akan meningkat. Namun, pada anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), mereka memiliki karakteristik perilaku yang cenderung unik dibandingkan anak-anak biasa.

Sayangnya, banyak orang tua yang mengeluhkan perilaku anak dengan ADHD dan justru melabeli mereka sebagai “anak nakal”. Memang, bukan hal yang mudah untuk mendampingi setiap fase perkembangan anak dengan ADHD. Namun, daripada sibuk melabeli anak kita, ada hal yang lebih perlu kita perhatikan sebagai orang tua.

Tidak Semua Anak yang Aktif adalah Anak dengan ADHD

Anak dengan ADHD cenderung menunjukkan gejala perilaku yang impulsif, sulit memusatkan perhatian dan kurang mampu mengontrol diri. Hal yang kerap dijumpai adalah anak akan cenderung untuk mudah marah dan berlaku kasar ketika berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, anak juga cenderung tidak bisa menyelesaikan hingga tuntas suatu tugas yang diberikan. Karakteristik gejala ADHD ini menetap selama paling tidak 6 bulan hingga menunjukkan indikasi maladaptif dan tidak konsisten dengan fase perkembangan anak.

Untuk dapat mendapat diagnosa lebih lanjut, kita dapat membawa anak ke psikolog untuk dapat mengetahui dinamika kesehatan psikologis mereka.

“Berspekulasi mengenai keadaan psikis anak secara berlebihan akan membawa dampak negatif bagi perkembangan anak sendiri”

Lalu, bagaimana bila anak kita memang terbukti memiliki ADHD?

Mengatur Pola Makan Anak dengan ADHD

Langkah awal yang perlu ditempuh adalah dengan memperhatikan pola makan anak. Kita perlu mengurangi konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat sederhana dan gula yang dapat meningkatkan hormon pemicu ADHD. Perlunya makanan yang mengandung protein, lemak, dan omega-3 juga menjadi hal yang perlu diperhatikan. Orang tua disarankan untuk tetap memberikan makanan dengan porsi optimal untuk mendukung aktivitas anak yang cenderung lebih aktif daripada anak lainnya.

Memberikan Pujian, Bukan Celaan

Bantu anak untuk lebih menumbuhkembangkan potensi mereka melalui kalimat-kalimat positif yang kita ucapkan. Puji usaha anak setiap ia selesai melakukan hal positif. Pujian merupakan hal sederhana untuk dilakukan namun dapat memiliki efek yang baik terhadap pembentukan perilaku anak. Sebaliknya, ketika anak diberi tekanan atau kalimat bernada negatif, mereka justru akan mengalami demotivasi dan kurang menghargai diri sendiri.

Fasilitasi Minat dan Bakat Anak

Anak dengan ADHD memiliki banyak energi untuk melakukan berbagai hal. Kita perlu memandang hal tersebut sebagai celah untuk dapat meningkatkan potensi mereka. Yang perlu kita lakukan adalah mengetahui kecenderungan aktivitas yang sering dilakukan dan digemari. Jika perlu, lakukan diskusi dengan anak terkait dengan apa yang mereka sukai. Pada dasarnya, arahkan anak untuk mengasah minat dan bakatnya dibanding memaksa anak untuk melakukan sederet kegiatan yang kita inginkan.

Gunakan Sistem Token untuk Membantu Proses Belajar Anak dengan ADHD 

Dunia anak-anak sangat dekat dengan permainan. Orang tua dapat menggunakan permainan sederhana untuk membentuk perilaku yang adaptif pada anak dengan ADHD. Contoh nyatanya adalah dengan memberlakukan sistem token. Berikan hadiah ketika anak mampu menyelesaikan sebuah kegiatan tertentu sesuai dengan peraturan yang telah  ia sepakati bersama orang tuanya. Adanya kebutuhan untuk memberikan pengarahan, perhatian dan kesabaran dalam mengawal proses pembelajaran anak dengan ADHD.

Alternatif Terakhir yang Dapat Ditempuh Adalah dengan Terapi Obat

Obat-obatan yang biasa digunakan adalah jenis antidepresan yang meliputi dexedrine, desoxyn, ritallin, adderal, maupun clonidine. Namun perlu diperhatikan bahwa terapi tersebut cenderung memiliki efek samping yang berkaitan dengan kesehatan anak. Kerentanan dan kadar toleransi dalam tubuh anak juga mempengaruhi efektivitas pemberian obat. Catatan yang harus dipahami orang tua adalah jangan mengantungkan obat-obatan semata untuk menangani anak dengan ADHD. Terapi perilaku seperti yang telah disebutkan sebelumnya mungkin akan lebih berkontribusi dalam perkembangan anak dengan ADHD

“Layaknya mutiara yang perlu diasah untuk dapat berkilau, anak kita juga butuh limpahan perhatian untuk mengoptimalkan potensi mereka”

Memiliki anak dengan ADHD memang menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi orangtua. Namun bukan berarti orangtua bisa menyerah dengan keadaan dan “menyalahkan” kondisi anak. Dengan penanganan yang tepat, anak dengan ADHD dapat tumbuh seperti anak lainnya yang mampu berprestasi. Sebagai orang tua, kita hanya perlu mengulik lebih dalam mengenai metode pengasuhan yang tepat untuk anak ADHD.

Tulisan Anggrelika Krestaryaningwidhy dari Pijar Psikologi untuk Liputan6.com 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya