Tangan Melepuh dan Terbakar Setelah Memeras Lemon di Malam Hari

Beberapa hari setelah memeras lemon di malam hari, tangan pria ini diketahui terbakar dan melepus akibat tersengat sinar matahari

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 15 Nov 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2018, 18:00 WIB
Jari tangan pria (iStock)
Ilustrasi Pria dan SInar Matahari (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Sinar matahari tidak hanya bisa membakar di siang hari. Pada malam hari, sengatan juga bisa terjadi dan menyebabkan luka bakar.

Seperti yang dialami seorang pria berumur 29 tahun dari Australia ini. Saat sedang mendaki di Greenland selama beberapa minggu, dia mengalami sebuah kejadian aneh. Saat itu, dia memeras dua buah jeruk nipis ke dalam botol airnya selama perjalanan. Namun, dua hari kemudian, sebuah ruam agak ungu muncul di sisi atas jari dan tangannya.

Melansir Live Science pada Kamis (14/11/2018), ruam itu melepuh dan berisi nanah yang terbakar dan gatal. Pria tersebut mengatakan, lukanya tampak sangat buruk.

"Hampir seperti kulit zombie yang busuk," tulisnya dalam jurnal BMJ Case Reports yang terbit 8 November lalu.

Setelah dibawah ke rumah sakit, diketahui bahwa luka terbakar itu akibar hasil reaksi kimia antara senyawa peka cahaya yang ditemukan dalam limun dan sinar ultraviolet (UV) dari matahari di tengah malam.

Kondisi itu dikenal sebagai phytophotodermatitis. Menurut penulis laporan tersebut yang juga ahli bedah dan direktur medis dari Ilulissat Hospital dan Avannaa Health Region di North Greenland, Dr Luis Penninga, hal ini terjadi saat senyawa peka cahaya bernama psoralen, yang ditemukan dalam air jeruk nipis, menempel di kulit seseorang. Kemudian, zat itu aktif oleh sinar UV matahari.

"Ketika Anda terkena air jeruk nipis di tangan atau bagian lain dari kulit dan setelah itu menuju ke matahari, reaksi kimia terjadi dan mengakibatkan kerusakan kulit yang sangat parah dan pembentukan lepuh," ujar Penninga kepada Live Science.

 

Agar Tidak Kekurangan Vitamin C

Pria itu sendiri mengatakan, dirinya terus memeras limun segar ke dalam air minumnya. Sehingga, dia tidak kekurangan vitamin C. Sayangnya, tidak ada air untuk mencuci tangannya.

Perjalanannya pun berlanjut hingga 10 jam sehari. Dia mendaki di bawah sinar matahari musim dingin yang intens di Greenland.

"Matahari bersinar 24 jam sehari di sini, di musim panas, di uatara Lingkaran Arktik, sementara di musim dingin itu gelap sepanjang hari selama beberapa bulan," kata Penninga.

Para dokter akhirnya berhasil mengatasi masalah pria itu. Dia juga diberikan antibiotik untuk mencegah inefksi dan disarankan memakai sarung tangan agar terlindung dari sinar matahari. Dalam waktu dua bulan, dia dilaporkan sudah sembuh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya