8 Cara Mengajari Anak Mengatur Waktu

Beragam keuntungan bakal anak dapatkan bila sedari dini orangtua sudah mengajarkan mengatur waktu.

oleh Arie Nugraha diperbarui 23 Nov 2018, 07:00 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2018, 07:00 WIB
Hal yang tak perlu orangtua tutupi di hadapan anak. (iStockphoto)
Mengajarkan anak mengatur waktu. (iStockphoto)

Liputan6.com, Bandung Interaksi keluarga modern banyak yang minim. Aneka aktivitas di luar rumah baik yang dilakukan orangtua dan anak, membuat anggota keluarga jarang bertemu. Hal ini membuat para orang tua menyisihkan waktu yang sempit tapi tetap berkualitas.

Menurut psikolog anak yang juga Co - Founder Children Cafe Nuri Indira Dewi, untuk mengoptimalkan waktu sempit untuk interaksi berkualitas, tidak hanya hanya orang tua yang harus mengatur waktu. Anak juga perlu diajarkan menngatur waktunya.

"Orangtua memiliki kegiatan dan kewajiban sendiri misalnya bekerja. Begitu pula anak-anak, misalnya sekolah, les, bermain, dan lainnya. Apabila waktunya tidak diatur maka dapat mengurangi frekuensi maupun intensitas interaksi antara orang tua dan anak," ujar Nuri kepada Liputan6.com di Bandung beberapa waktu lalu ditulis Kamis (22/11/2018).

Dengan pengaturan waktu, kata Nuri, anak-anak memiliki struktur yang membuat mereka lebih mudah memperkirakan apa yang akan terjadi. Kemampuan merencanakan, memprediksi, hingga mengantisipasi, membuat anak - anak tahu apa yang diharapkan dari mereka dan perilaku apa yang dapat mereka tampilkan.

Alasan lain, lanjut Nuri, kemampuan mengatur waktu sejak awal dapat membuat anak - anak kelak menjadi orang dewasa yang efisien dan lebih terorganisir.

Cara ajarkan anak mengatur waktu

Orangtua dan anak
Ilustrasi orangtua dan anak (iStockphoto)

Keterampilan mengatur waktu tersebut kata Nuri, sudah bisa diajarkan sejak kecil yaitu dengan membuat jadwal harian (daily routine).

Pertama, buatlah daftar kegiatan harian anak mulai dari bangun tidur di pagi hari sampai tidur kembali di malam hari. "Letakkan di tempat yang mudah dilihat anak," saran Nuri.

Kedua, anak-anak usia batita yang belum mengenal huruf dan angka bisa dibuatkan jadwal dalam bentuk gambar. Misalnya, waktu makan diwakili dengan gambar piring dan sendok, waktu mandi dengan gambar sabun dan sampo, waktu bermain dengan gambar boneka atau mobil-mobilan. Cobalah menempelkannya di dinding kamar secara berurutan.

Anak - anak usia batita sudah diketahui belum perlu diajari tentang konsep jam, misalnya jam 1, jam 12 dan seterusnya. Namun, tidak ada salahnya menyebutkan range waktu untuk kegiatan tertentu.

"Misalnya, sambil menunjukkan gambar piring dan sendok kita dapat mengatakan, 'Sekarang kita akan makan, waktunya 20 menit ya' atau 'Adek, kita punya 1 jam untuk bermain bebas, yuk pilih mau main apa', sambil menunjukkan gambar boneka atau mobil-mobilan," tutur Nuri.

Ketiga adalah selalu sebutkan nama kegiatannya setiap kali pergantian waktu. Misalnya dengan menunjukkan gambar jadwal yang terpasang di dinding. Contohnya dengan mengatakan, 'Karena kamu sudah selesai mandi, sekarang kita bisa sarapan deh.'

 

Menjalankan agenda rutin dengan konsisten

Anak main di lantai (iStock)
Ilustrasi anak bermain di lantai (iStockphoto)

Untuk cara keempat bisa dilakukan agenda rutin dengan konsisten, baik urutan maupun durasinya. Agar anak tidak bosan, cara kelima yang dilakukan oleh orang tua yaitu membuat kegiatan anak yang bervariasi. 

"Namun jangan mengubah urutannya. Misalnya jika kita sudah menentukan setelah mandi, anak bisa makan, baru bermain. Maka berikan pilihan yang berbeda-beda saat bermain. Misalnya hari ini bermain peran, besok bermain play dough, hari berikutnya boleh bermain bola. Tetapi harus diingat, bermain tetap dilakukan setelah anak selesai makan," jelas Nuri.

Keenam, untuk anak-anak yang lebih besar yang sudah mengenal huruf, cara lainnya dapat diberikan jadwal harian dalam bentuk tulisan dan kombinasi gambar, dan mengajak anak ikut menyusun jadwal mereka. Apabila ada perubahan jadwal yang tiba-tiba, cara selanjutnya segera informasikan ke anak mengapa jadwalnya berubah dan katakan bahwa besok akan kembali lagi seperti semula.

Ketujuh, memang sudah ada rencana kegiatan lain dari jauh-jauh hari, anak bisa diberi tahu sejak beberapa hari sebelumnya.

Terakhir, kalau ibu bekerja maka bisa maksimalkan di pagi hari. 

"Selalu bangun 15-30 menit lebih awal agar bisa menyiapkan segala sesuatu sebelum anak sekolah, misalnya mandi lebih dulu, menyiapkan air hangat untuk anak mandi, sarapan, seragam, dan sebagainya. Sarapan bersama dan mengantar anak ke sekolah juga bisa dimanfaatkan untuk ngobrol dengan anak," kata Nuri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya