Liputan6.com, Bogor: Sulit berbicara dan menggerakkan sebagian tubuh dialami Muhammad Istajib atau Aji, warga Tanah Sereal Bogor, Jawa Barat. Kondisi itu dialami sejak sepekan silam. Padahal sebelumnya Aji anak yang sehat.
Keluarga pun tak paham apa yang harus dilakukan dengan hasil pemeriksaan dokter. "Saya juga engga paham tulisan dokter itu dibacanya apa. Yang saya bisa baca cuma tk kesadaran, saya engga tahu maksudnya apa," ucap Suranto, ayah Aji, belum lama ini.
Sedangkan saat dibawa ke rumah sakit yang lain, Aji divonis menderita infeksi otak. "Rumah sakit kedua sebelum diperiksa dengan detail pun dokter sudah bisa memvonis anak saya kena infeksi otak," tutur pria bertubuh kurus ini.
Orangtua Aji sudah berusaha membawa anak mereka ke beberapa rumah sakit, tapi selalu ditolak untuk rawat inap. Alhasil keluarga bahu membahu merawat bocah berusia lima tahun itu di rumah seadanya. "Hanya saya kompres-kompres saja gitu," tutur Nurhayati, ibu Aji. Menangis, kini yang bisa dilakukan Aji menahan rasa sakit.
Suranto kini bingung. Ia ingin mengobati sekuat tenaga, apapun penyakit yang diderita putra sulungnya. Tapi institusi pelayanan kesehatan di Bogor seakan tembok tebal yang tak bisa ditembus rakyat miskin seperti Suranto.(AIS)
Keluarga pun tak paham apa yang harus dilakukan dengan hasil pemeriksaan dokter. "Saya juga engga paham tulisan dokter itu dibacanya apa. Yang saya bisa baca cuma tk kesadaran, saya engga tahu maksudnya apa," ucap Suranto, ayah Aji, belum lama ini.
Sedangkan saat dibawa ke rumah sakit yang lain, Aji divonis menderita infeksi otak. "Rumah sakit kedua sebelum diperiksa dengan detail pun dokter sudah bisa memvonis anak saya kena infeksi otak," tutur pria bertubuh kurus ini.
Orangtua Aji sudah berusaha membawa anak mereka ke beberapa rumah sakit, tapi selalu ditolak untuk rawat inap. Alhasil keluarga bahu membahu merawat bocah berusia lima tahun itu di rumah seadanya. "Hanya saya kompres-kompres saja gitu," tutur Nurhayati, ibu Aji. Menangis, kini yang bisa dilakukan Aji menahan rasa sakit.
Suranto kini bingung. Ia ingin mengobati sekuat tenaga, apapun penyakit yang diderita putra sulungnya. Tapi institusi pelayanan kesehatan di Bogor seakan tembok tebal yang tak bisa ditembus rakyat miskin seperti Suranto.(AIS)