Banyak Kasus Turun, Masalah Gizi Masih jadi Tantangan di Indonesia

Sekalipun angka status gizi buruk dan kurang, serta stunting turun, namun masalah gizi masih menjadi tantangan untuk Indonesia ke depannya

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 19 Jan 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2019, 10:00 WIB
Melihat Kondisi Anak-Anak Kurang gizi di Pandeglang
Anak balita menangis saat ditimbang di Puskesmas, Kaduhejo, Pandeglang (14/9). Dengan puluhan penduduk mengalami gizi kurang, gizi buruk dan beberapa anak sudah divonis stunting, ini menjadi gambaran bagaimana sulitnya mencegah stunting. (Foto:Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Sekalipun angka masalah gizi di Indonesia banyak yang menurun. Namun bukan berarti Indonesia terlepas begitu saja dari masalah ini. Masih ada tantangan agar negara ini benar-benar terlepas dari masalah tersebut.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan adanya penurunan yang cukup signifikan di beberapa masalah gizi. Misalnya balita underweight yang di tahun 2013 mencapai 19,6 persen, di tahun 2018 menjadi 17,7 persen. Padahal, batas masalah kesehatan yang ditetapkan World Health Organization pada 2019 berada di angka 10 persen.

Sementara, untuk balita stunting sendiri menurun dari 2013 di angka 37,2 persen menjadi 30,8 persen di 2018. Batas masalah kesehatan WHO sendiri ditetapkan di angka 20 persen.

"Ini tantangan terus buat kita untuk terus kita perbaiki," ujar Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr. Kirana Pritasari di gedung Kemenkes, Kuningan, Jakarta pada Jumat (18/1/2019).

Simak juga video menarik berikut ini:

 

Faktor lingkungan juga berpengaruh

Mengenai status gizi buruk dan kurang sendiri pada balita, Riskesdas 2018 juga menunjukkan adanya penurunan. Di 2013, angkanya mencapai 19,6 persen. Sementara di 2018 turun menjadi 17,7 persen.

Ketika dihubungi Health Liputan6.com beberapa waktu lalu, Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes Doddy Izwardy mengungkapkan, salah satu yang menjadi tantangan adalah perbedaan lingkungan di Indonesia. Padahal, Doddy mengungkapkan bahwa dari pola makan sudah baik. Misalnya yang tidak naik ataupun turun adalah Kalimantan Timur.

"Kalau di sana penyebabnya kemungkinan adalah daerah yang sangat luas. Faktor lingkungan juga berpengaruh. Lingkungan ini juga harus hati-hati di sana, kan daerah migas daerah tambang. Masyarakat harus memperhatikan faktor-faktor seperti ini," ujarnya.

Selain itu, beberapa masalah gizi lain yang juga disoroti adalah meningkatnya angka anemia pada ibu hamil yang naik dari 2013 sebesar 37,1 persen menjadi 48,9 persen di 2018. Masalah tersebut berhubungan dengan fakta yang diungkap Studi Diet Total tahun 2014 yang menunjukkan bahwa 70 sampai 80 persen ibu hamil belum tercukupi konsumsi energi dan proteinnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya