Melewatkan Fase Merangkak, Apa Dampaknya pada Anak?

Ada beberapa anak yang melewatkan fase merangkak dengan langsung bisa berjalan. Apa dampak melewatkan fase merangkak?

oleh Babyologist diperbarui 03 Mar 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2019, 08:00 WIB
Ilustrasi Bayi, Pakaian Bayi, Baju Bayi (iStockphoto)
Merangkak adalah latihan yang diperlukan bayi untuk memperkuat otot yang akan mendukungnya saat berjalan nanti. (Ilustrasi/iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Merangkak, salah satu fase dalam tumbuh kembang anak ini rupanya tak dialami semua anak. Ada beberapa anak yang melewatkan fase merangkak dengan langsung bisa berjalan. Apa dampak melewatkan fase merangkak? Simak ksiah Mommy Elvina Megawati dari Babyologist terkait pengalaman merangkak sang buah hati.

Saya baru-baru ini membaca suatu artikel bahwa bayi yang cepat berjalan itu tidak bagus. Bahkan ada yang melewatkan fase merangkaknya. Anak pertama saya sendiri berjalan di usia 10 bulan dan saat merangkak, dia tidak sepenuhnya merangkak melainkan mengangkat salah satu kakinya.

Saya sendiri baru merasakan bahwa fase merangkak itu benar-benar penting. Anak pertama saya tidak bisa memegang pensil dengan erat, jadi saya melatihnya dengan pensil grip. Kadang-kadang berjalan atau lari suka terjatuh. Setelah saya baca, penyebabnya adalah dia melewati fase merangkaknya. Karena dia merangkak dengan salah dan cepat berjalan membuat koordinasi otak kanan dan kiri agak kurang dalam suatu hal misalnya berjalan, menulis dan konsentrasi.

Umumnya bayi merangkak di usia 6-9 bulan. Merangkak adalah latihan yang diperlukan bayi untuk memperkuat otot yang akan mendukungnya saat berjalan nanti. Seorang ahli terapi okupasi anak mengatakan, merangkak merupakan pengalaman unik untuk melatih koordinasi tubuh yang akan membantu anak dalam beraktivitas seperti makan, memakai baju, dan berolahraga.

Merangkak juga dapat mengasah otak kanan dan otak kiri karena saat merangkak, otak terlatih untuk mengkoordinasi gerakan dan ritme tubuh bayi sehingga membuat otak saling berinteraksi.

Merangkak juga bisa melatih penglihatan. Saat merangkak biasa, bayi mempunyai suatu tujuan dan ini yang membuat pandangannya lurus, tajam dan fokus untuk melihat dan meraih tujuannya. Ke depannya ini berguna untuk keterampilan menulis yang bagus dan mengemudi.

Melatih keseimbangan tubuh. Saat merangkak, bayi akan terlihat beristirahat dengan duduk. Kemudian tidak lama dia akan merangkak kembali. Hal ini menunjukkan bahwa bayi mampu menjaga keseimbangan tubuhnya, serta mengerti dan mengenali kapan tubuhnya lelah.

Fase pertumbuhan pada bayi tidak boleh dilewatkan satu pun karena semua berperan penting untuk tumbuh kembangnya ke depan nanti.

Merangkak dimulai dengan gerakan merayap, yaitu gerakan menggeserkan tubuh dengan bertumpu pada perut.

Saya sarankan menggunakan Ggumbi Licoco Playmat, karena permukaan Ggumbi padat, empuk atau cukup keras namun tidak membuat bayi sakit jika terbentur. Bila diberi sarana yang cukup baik untuk merayap, bayi akan merangkak lebih cepat.

Berikan motivasi yaitu dengan mainan atau benda-benda yang disukai bayi. Pancing bayi merangkak menggunakan mainan dan usahakan tidak terlalu jauh agar bayi tidak frustrasi.

Apabila anak sudah melewati masa merangkak atau merangkak hanya sebentar, kita bisa melatihnya dengan merangkak antara 3-6 bulan setiap hari pada anak usia di bawah 5 tahun. Memang agak susah ya Moms menyuruh anak yang sudah lari untuk merangkak, tapi kita bisa membuat itu seolah sebuah permainan jadi anak tetap fun dan kita melatih mereka untuk mendapatkan kekuatan dari merangkak tersebut. Lebih baik bersusah sedikit agar dampak negatif bisa kita minimalkan untuk anak kita.

Saya sendiri sekarang melatih anak pertama saya merangkak lagi dengan benar untuk melatih motorik serta melatih koordinasi otaknya.

 

Semoga bermanfaat.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya