Liputan6.com, Jakarta Jika selama ini masyarakat Indonesia menghindari nasi untuk mengurangi berat badan tapi sebuah penelitian mengatakan sebaliknya. Makan nasi, ternyata lebih baik untuk mengurangi obesitas ketimbang melakukan diet ala Barat.
Obesitas sendiri merupakan masalah kesehatan yang terus meningkat di negara-negara Barat. Di Amerika Serikat (AS) misalnya, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), menyatakan bahwa 39,8 persen masyarakatnya menderita kelebihan berat badan. Perbedaanmya jauh dibanding Jepang yang hanya 4,3 persen menurut World Health Organization.
Baca Juga
Mengutip Medical News Today pada Rabu (8/5/2019), para peneliti menemukan bahwa konsumsi nasi mungkin menjadi salah satu faktor pembedanya. Asupan nasi pada masyarakat AS sangat berbeda dengan negara-negara di Asia. Namun, di beberapa negara dengan tingkat obesitas rendah, memiliki kesamaan pola makan.
Advertisement
Para peneliti dari Doshisha Women's College of Liberal Arts di Kyoto Jepang melihat data dari 136 negara. Mereka menemukan bahwa negara yang masyarakatnya mengonsumsi rata-rata 150 gram nasi per hari, memiliki tingkat obesitas lebih rendah dibanding mereka yang mengonsumsi kurang dari jumlah rata-rata global, sekitar 14 gram per hari.
Simak juga video menarik berikut ini:
Membuat Kenyang Lebih Cepat
Peneliti juga memperhitungkan beberapa variabel seperti tingkat pendidikan, konsumsi rokok, total kalori, hingga uang untuk perawatan kesehatan dan persentase populasi di atas 65 tahun.
Berdasarkan temuan itu, seperempat cangkir beras per hari (50 gram per orang) bisa mengurangi obesitas global sebesar 1 persen.
"Asosiasi yang diamati menunjukkan bahwa tingkat obesitas rendah di negara-negara yang mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Oleh karena itu, makanan Jepang atau bergaya Asia yang berbasis beras, bisa membantu mencegah obesitas," kata peneliti utama Profesor Tomoko Imai.
Dia menambahkan, ada kemungkinan hal itu dikarenakan serat, nutrisi, dan senyawa tanaman yang ditemukan dalam biji-bijian utuh, bisa menimgulkan perasaan kenyang dan mencegah makan berlebihan.
"Nasi juga rendah lemak dan memiliki kadar glukosa darah postprandial yang relatif rendah yang menekan sekresi insulin."
Temuan ini dipresentasikan dalam European Congress on Obesity (ECO2019) in Glasgow, Skotlandia.
Advertisement
Jenis Nasi yang Tepat
Namun, para peneliti belum melihat lebih jauh tentang batasan konsumsi nasi sendiri. Hal ini dikarenakan tingkat obesitas dan indeks massa tubuh pada tiap negara bisa bervariasi. Belum diketahui juga jenis nasi yang cocok untuk dikonsumsi.
Beberapa studi sebelumnya menyatakan bahwa konsumsi nasi berlebihan meningkatkan risiko diabetes tipe 2 yang signifikan. "Terutama pada populasi Asia (Tiongkok dan Jepang)," tulis sebuah studi di BMJ tahun 2012.
Sementara temuan yang melibatkan 10 ribu orang di Korea menemukan bahwa pola makan yang terpusat pada nasi putih terkait dengan obesitas.