Liputan6.com, Jakarta Facial vampire atau yang lebih dikenal facial darah menjadi trend setelah Kim Kardashian mengunggah foto wajahnya yang berdarah di Instagram pada 2013. Namun, beberapa waktu lalu Departemen Kesehatan New Mexico merilis pernyataan bahwa dua orang - dan mungkin lebih banyak lagi, diduga tertular HIV akibat praktik yang tidak aman di spa di Albuquerque.
Keduanya pernah melakukan facial yang dikenal dengan facial plasma kaya platelet (PRP). Ini merupakan perawatan kosmetik dengan mengambil darah seseorang dari vena di lengan, memisahkan plasma kuning, dan kemudian menyuntikkan cairan pucat kembali ke wajah mereka.
Baca Juga
Netizen Ramai-Ramai Geruduk Akun Agen Travel yang Diduga Milik Shella Shauki untuk Berangkatkan Umrah Isa Zega
Lirik Lagu Number One Girl Rose BLACKPINK Berkolaborasi dengan Bruno Mars, Penuh Makna
Link Live Streaming BRI Liga 1 Persebaya Surabaya vs Persija Jakarta, Jumat 22 November 2024 Pukul 15.30 WIB di Indosiar dan Vidio
Penelitian pernah menunjukkan prosedur berdarah seperti perawatan wajah telah terbukti meningkatkan tekstur kulit pada orang dengan jaringan parut jerawat, dan meremajakan kulit dengan menambal kulit kendur di bawah mata dan wajah-wajah yang rusak karena sinar matahari. Namun masih perlu penelitian lebih lanjut mengenai hal ini.
Advertisement
Di samping kelebihannya, facial vampire ternyata berbahaya jika tidak diberikan oleh dokter kulit bersertifikat, seperti yang terjadi di New Mexico.
"[Perawatan] ini tampaknya sangat biasa akhir-akhir ini sehingga orang lupa bahwa ini adalah prosedur medis yang nyata," kata Anthony Rossi, dokter kulit bersertifikat di Memorial Sloan Kettering Cancer Center di New York mengutip laman Popsci.
Cara Kerja Facial Vampir
Facial vampire ini bisa berbahaya jika tidak dilakukan sesuai prosedur medis. Menurut Rossi, cara kerja facial ini, pertama pasien diambil darahnya seperti yang dilakukan ketika tes medis atau donor darah.
Setelah itu, dokter, perawat, atau pegawai spa memasukkan darah itu ke dalam botol dan memasukkan cairan ke dalam mesin yang disebut centrifuge yang memutarnya dengan kecepatan yang sangat cepat untuk memisahkan sel-sel darah merah dari plasm.
Rossi menjelaskan, plasma itu melakukan banyak hal, seperti mencerahkan warna kulit karena mengandung senyawa yang disebut faktor pertumbuhan yang bagus untuk penyembuhan luka, dan bahkan dapat mengubah bentuk kulit dan jaringan parut menjadi lebih baik.
Selanjutnya, plasma itu yang biasanya berwarna krem jernih masuk ke jarum suntik dan disuntikkan ke wajah pasien. Untuk hasil yang paling nyata, dokter kulit dan karyawan spa juga menggunakan plasma sebagai serum, dan memaksanya untuk meresap lebih dalam ke lapisan jaringan kulit dengan melakukan sesuatu yang disebut microneedling.
Pada proses ini menggunakan alat seperti pena atau alat dengan beberapa jarum kecil yang bergulir di wajah sehingga membuat ratusan tusukan mikroskopis pada wajah pasien.
Luka-luka kecil itu meningkatkan respon di tubuh sehingga menjadi efektif, menyebabkannya mensintesis kolagen — molekul yang gemuk dan licin yang bertanggung jawab atas kulit yang tampak muda — dan memperbaiki jaringan parut dengan bantuan faktor pertumbuhan plasma tersebut.
Advertisement
Disukai pasien
Rossi mengatakan pasien menyukai wajah vampire dan perawatan microneedling lainnya karena, walaupun Anda terlihat seperti vampir dengan banyak darah selama kurang lebih satu hari atau lebih, Anda kembali normal (atau bahkan lebih baik) dalam waktu sekitar satu minggu.
Tetapi, sekali lagi, jangan menganggap sepele prosedur tersebut. "Kulit berfungsi sebagai salah satu penghalang utama kita terhadap penyakit," katanya.
"Ketika Anda menusuknya, Anda membiarkan segala sesuatunya melintas," ujarnya. Hal itu menempatkan Anda pada risiko infeksi.
Plus, darah harus disimpan dan ditransfer ke banyak wadah selama proses wajah ini. Jika penyakit seperti HIV atau hepatitis C atau B mengintai di dalam sampel darah, dan wadah-wadah tersebut tidak dibuang atau disanitasi dengan baik, tidak mustahil bahwa orang yang tidak terinfeksi dapat dengan mudah tertular infeksi di beberapa titik selama perawatan wajah mereka.
Rossi menjelaskan mungkin saja darah dan plasma di beberapa spa dan salon tidak dilabeli dengan ketat, yang menyebabkan karyawan memberikan darah ke wajah pelanggan lain.
Spa di Albuquerque ditutup pada September tahun lalu setelah inspeksi Departemen Kesehatan New Mexico mengidentifikasi praktik berbahaya mereka. Meski begitu, Rossi mendesak siapa pun yang melakukan prosedur apa pun yang melibatkan darah dan jarum di wajah, cobalah mencari perawatan dari dokter kulit bersertifikat, bukan karyawan spa.
"Kita hanya harus berhati-hati siapa yang melakukannya."