Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan sebuah studi dari Hebrew Universiry of Jerusalem, jumlah sperma laki-laki Eropa telah menurun hingga 50 persen dalam jangka waktu 40 tahun. Para peneliti tidak dapat mengetahui penyebab pasti tetapi gaya hidup tertentu memberikan dampak besar dalam hal tersebut.
Kabar baiknya, penurunan tersebut tidak bersifat permanen. "Produksi sperma umumnya membutuhkan waktu 60 hingga 90 hari" kata dokter fertilitas dari Create Fertility Centre Toronto Ari Baratz.
Baca Juga
Itu artinya efek dari gaya hidup yang buruk dapat diperbaiki dalam dua atau tiga bulan. Bagi Anda yang tengah menjalani program memiliki buah hati cek perilaku yang dapat memengaruhi kualitas sperma seperti melansir dari Today's Parent, Jumat (17/5/2019).
Advertisement
1. Jarang ejakulasi
Laki-laki harus 'menyimpan' sperma adalah sebuah miskonsepsi. Ahli kesehatan menyarankan laki-laki untuk berejakulasi sekali atau dua kali seminggu agar kualitas sperma optimal. Tidak harus berhubungan seksual, bisa juga dengan masturbasi.
2. Terlalu banyak minum kopi
Penelitian menunjukkan konsumsi kopi secara moderat tidak memiliki dampak negatif. Namun, konsumsi yang aman ialah 2 cangkir kopi.
Sebuah studi tahun 2017 dalam Nutrition Journal menemukan bahwa laki-laki yang minum kopi lebih dari empat gelas sehari memiliki tingkat proporsi sperma berbentuk abnormal lebih tinggi.
Saksikan video menarik berikut ini:
3. Menaruh Laptop di Pangkuan
Paparan terhadap panas dapat mempengaruhi produksi sperma. Sauna dan sejenisnya dapat menyebabkan hal ini. Namun, laptop adalah sumber panas paling umum yang menyebabkan hal ini. Penggunaan sesekali tidak menjadi masalah tapi bekerja seharian dengan laptop dipangkuan dapat mempengaruhi sperma.
Lebih baik tempatkan laptop menggunakan bantal atau meja. Pekerjaan yang melibatkan panas seperti koki dalam dapur yang panas atau pemadan kebakaran dengan seragamnya juga dapat memberikan efek negatif dalam tingkat sperma.
4. Merokok
Merokok tembakau atau ganja dapat menurunkan kemampuan produksi dan kualitas sperma. Sebuah studi dalam Postgraduate Medical Journal menemukan bahwa merokok dapat menurunkan sperma sebanyak 17,5 persen.
Studi lain tahun 2015 dari American Journal of Epidemiology menemukan bahwa merokok marijuana lebih dari sekali seminggu menurunkan 28 persen konsentrasi sperma. Berhenti merokok dapat memperbaiki sperma kembali dalam beberapa bulan.
Advertisement
5. Stres
Sulit untuk mengukur efek dari stres tetapi laki-laki disarankan untuk menurunkan tingkat stresnya. Para peneliti Columbia University’s Mailman School of Public Health menemukan bahwa laki-laki yang sedang stres lebih mungkin memiliki konsentrasi sperma lebih rendah.
Stres memicu hormon glucocorticoid yang memiliki dampak negatif terhadap produksi testosteron dan sperma. Para ahli menyarankan untuk melakukan aktivitas menenangkan seperti pijat, yoga atau akupunktur
Penulis: Khairuni Cesario