Berbagai Pengalaman Saat Mati Suri, dari Terowongan hingga Ketindihan

Studi menemukan 1 dari 10 orang di dunia pernah mengalami pengalaman mati suri. Bagaimana rasanya?

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 01 Jul 2019, 22:00 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2019, 22:00 WIB
Ilustrasi Meninggal Misterius
Ilustrasi Meninggal Misterius (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Mati suri atau dalam istilah medis disebut Near Death Experience, ternyata dialami oleh lebih banyak orang daripada yang diperkirakan sebelumnya. Setidaknya satu dari 10 orang mengalami hal ini.

Dalam sebuah penelitian yang dipresentasikan di European Academy of Neurology Congress kelima, para peneliti dari Denmark, Norwegia, dan Jerman, melakukan analisis pada seribu peserta dari 35 negara.

Melansir Men's Health pada Senin (1/7/2019), satu dari 10 peserta melaporkan mereka mengalami mati suri. Gejalanya pun beragam, mulai dari fisik hingga spiritual.

Beberapa diantaranya mengungkapkan, mereka merasakan pengalaman yang banyak dialami orang-orang yang pernah mati suri lainnya. Misalnya, sadar bahwa mereka berada di luar fisiknya, merasakan jiwa yang tersedot, serta berada dalam terowongan yang gelap dengan cahaya di ujung.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Kaitan Mati Suri dan Ketindihan

Susah Tidur atau Sulit Tidur
Ilustrasi Foto Susah Tidur atau Sulit Tidur (iStockphoto)

Studi tersebut juga menemukan, 87 persen peserta mengalami persepsi waktu yang tidak normal, 65 persen mengalami pikiran yang luar biasa cepat, 63 persen merasakan indera-inderanya menjadi lebih peka, dan 53 persen merasa terpisah dari tubuhnya.

Meskipun sebagian besar merasakan mati suri adalah pengalaman yang damai, 73 persen dari peserta mengatakan hal itu tidak menyenangkan.

Ada juga peserta yang mengatakan, mereka mampu melihat adanya makhluk tak kasat mata yang duduk di tubuhnya ketika sedang tidur. Kondisi yang sering disebut ketindihan ini merupakan salah satu gejala kelumpuhan saat tidur atau sleep paralysis.

"Temuan utama kami mengkonfirmasi hubungan antara pengalaman mendekati kematian dengan gangguan tidur REM (Rapid Eye Movement)," kata ketua peneliti Dr. Daniel Kondziella, ahli saraf dari University of Copenhagen, Denmark.

Kondziella mengatakan, meski bukan menjelaskan tentang hubungan sebab akibat, namun identifikasi mekanisme fisiologis di balik gangguan tidur mungkin bisa membuat orang-orang, lebih paham akan pengalaman mati suri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya