Orang dengan Faktor Risiko Ini Wajib Jalani Pemeriksaan Kanker Paru

Setidaknya, kanker paru bisa dicegah dan dideteksi dini apabila seseorang sudah memiliki beberapa faktor risiko

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 02 Agu 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2019, 08:00 WIB
20160205-Kanker Paru Paru-iStockphoto
Ilustrasi Kanker Paru Paru (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kanker paru merupakan jenis kanker yang paling banyak membunuh korban di dunia. Kanker paru memang terbilang cukup sulit dikenali di stadium awal apabila hanya melihat gejalanya saja.

Meski begitu, kanker paru sesungguhnya bisa dicegah dan dideteksi lebih awal jika seseorang melakukan pemeriksaan, apabila dia memiliki beberapa faktor risiko.

"Yang paling penting sebetulnya adalah pencegahan. Deteksi dini kanker paru bisa dilakukan pada orang dengan risiko tinggi," kata dokter spesialis paru Sita L. Andarini dalam konferensi pers di kantor Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Jakarta, ditulis Kamis (1/8/2019).

Dalam presentasinya terkait Hari Kanker Paru Sedunia 2019 yang diperingati setiap 1 Agustus, Sita mengungkapkan beberapa orang yang wajib melakukan pemeriksaan adalah orang dengan usia menengah atau 25 tahun ke atas dan perokok aktif atau pasif.

Mereka yang memiliki risiko tinggi dari pajanan seperti bahan kimia, polusi, serta memiliki riwayat kanker atau penyakit fibrosis paru dan mantan pasien tuberkulosis (TB) juga harus melakukan deteksi dini.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Mereka yang Juga Harus Waspada

20160205-Kanker Paru Paru-iStockphoto
Ilustrasi Kanker Paru Paru (iStockphoto)

Selain itu, pemeriksaan juga harus dilakukan pada mereka yang sudah mengalami gejala terkait respirasi. Beberapa di antaranya adalah batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, pembengkakan di dada, suara serak, dan berat badan turun, yang tidak kunjung sembuh dengan pengobatan biasa.

Kewaspadaan juga harus ditingkatkan oleh penderita tersangka TB paru dengan status bakteriologis negatif yang memiliki risiko kanker. Untuk pemeriksaan sendiri, Sita merekomendasikan penggunaan CT Scan.

"Ini bisa menurunkan angka kematian dibandingkan hanya melakukan foto toraks saja. Jadi kalau foto rontgen biasa saja hanya mendeteksi tapi kebanyakan sudah terjadi di stadium lanjut," ujarnya.

"Sedangkan kalau CT Scan bisa dilihat dengan jelas, terutama pada orang dengan risiko tinggi."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya