Perilaku Masyarakat yang Picu Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau

Perilaku masyarakat yang memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Riau.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 15 Agu 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2019, 10:00 WIB
Kebakaran Hutan
Pada 10 Agustus 2019 pagi, seluruh personil sejumlah 9.072 orang di 6 provinsi (Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantar Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan) da masyarakat berupaya memadamkan api kebakaran hutan. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta Perilaku masyarakat dapat memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla), khususnya di Riau. Menurut Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Daerah Kabupaten Siak, Budi Yuwono, masyarakat yang tidak sengaja membuang puntung rokok ke lahan penuh semak belukar dan kering bisa memicu timbulnya api yang berujung pada kebakaran.

Kepada Health Liputan6.com, Budi menuturkan, kejadian kebakaran hutan dan lahan di daerahnya. Kabupaten Siak, Riau berlokasi di pesisir pantai penuh dengan lahan gambut. Lahan gambut di Siak mencapai 57 persen. Upaya pemadaman kebakaran lahan gambut dari Januari sampai Juli 2019 terus diupayakan.

Kejadian kebakaran lahan ini baru muncul pada Januari 2019. Padahal, dari 2016 sampai 2018, tidak ada kebakaran lahan dan temuan titik api.

"Justru tahun lalu, kami tidak ada asap (kebakaran hutan). Tahun 2016 dan 2017 juga tidak ada asap.Terakhir itu ada asap kebakaran hutan ya tahun 2015. Pada waktu itu, jutaan warga Riau terpapar ISPA karena kepungan asap karhutla," terang Budi saat ditemui di Jakarta, ditulis Kamis (15/8/2019).

Asap kebakaran hutan tahun 2019 dipengaruhi suhu tinggi, biasanya rentang 32 derajat sampai 33 derajat Celsius. Seiring memasuki puncak kemarau, suhu bisa berada di angka 36 derajat sampai 37 derajat Celsius.

"Nanti menjelang Oktober dan September ini diperkirakan akan naik lagi (suhu) sampai 39 derajat Celsius. Ya, mudah-mudahan enggak mencapai 40 derajat Celsius," lanjut Budi.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Pantulan Kaca

Kebakaran Hutan
Pada 10 Agustus 2019 pagi, seluruh personil sejumlah 9.072 orang di 6 provinsi (Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantar Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan) da masyarakat berupaya memadamkan api kebakaran hutan. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Suhu udara panas yang mencapai 37 derajat Celsius akan memicu terjadinya titik api, terlebih lagi bila masyarakat tidak sengaja membuang puntung rokok. Kalau titik api ini pada lahan kering ditambah suhu tinggi serta tidak ada hujan bisa menyebabkan kebakaran.

"Jadi, semak belukar kan kering. Tinggal lempar puntung rokok aja bisa jadi api. Bisa juga karena ada pantulan kaca. Pantulan kaca pas sinar matahari itu juga bisa menimbulkan titik api," Budi menerangkan.

Sebagaimana keterangan tertulis yang diperoleh Health Liputan6.com, arahan Kepala BNPB Doni Monardo dalam memantau langsung pengendalian karhutla di Riau menyampaikan, karhutla yang terjadi penyebabnya 99 persen dilakukan oleh manusia. Terlebih lagi bila ada orang yang sengaja membakar lahan untuk membuka lahan.

"Solusinya, kita melaksanakan operasi yang melibatkan pasukan gabungan dan bertugas melakukan pencegahan, penggalangan, dan penertiban. Satgas ini ditempatan di daerah yang sering terjadi bencana serta polri harus lebih berani dalam penegakan hukum," ungkapnya.

 

Sulit Mencapai Titik Api

Kebakaran Hutan
Pada 10 Agustus 2019 pagi, seluruh personil sejumlah 9.072 orang di 6 provinsi (Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantar Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan) da masyarakat berupaya memadamkan api kebakaran hutan. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Menanggapi pernyataan Doni, Budi tidak membantah bahwa penyebab kebakaran hutan dan lahan di Riau itu 99 persen perilaku manusia. Namun, ada beberapa hal yang perlu kita pertimbangkan.

"Kita saja mencapai lokasi titik hotspot itu sulit. Kalau lokasinya dipinggir jalan paling lama empat hari pemadaman selesai. Karena mudah mendapatkan air juga. Sekarang ini yang kebakaran itu di area tengah-tengah hutan. Harus masuk jauh ke hutan. Untuk ke sana saja mesti bikin jalan dulu (buka jalan)," ujar Budi.

"Nah, siapa coba (orang) yang ada di dalam sana (yang mungkin membakar), kalau mau dia membakar dan menanam di lahan tersebut. Kita sekarang coba memerhatikan, apakah (hutan dan lahan) itu benar-benar (sengaja) dibakar. Kita mencapai ke sana sulit."

Pertimbangan Membakar Lahan atau Tidak

Kebakaran Hutan
Pada 10 Agustus 2019 sekitar pukul 15.00 WIB sempat terlihat asap akibat karhutla terdeteksi di Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Budi juga menceritakan, penyebab kebakaran hutan di Siak. Bahwa perusahaan tidak mungkin membakar lahan. Perusahaan sawit sudah menanam sawit. Pun begitu dengan tanaman akasia sudah ditanam.

"Kami menangani 10 lokasi kebakaran semalam. Semuanya semak belukar. Kalau perusahaan enggak mungkin bakar. Sekarang kita melihat, apakah masyarakat sengaja membuka lahan dengan dibakar. Kami sudah menekankan, siapapun tidak boleh membuka lahan dengan cara dibakar," lanjut Budi.

Bila ada masyarakat yang ketahuan membuka lahan dengan cara dibakar akan langsung diamankan dan diproses. Jika alat bukti cukup akan ditangkap.

"Kemudian harus melihat, apakah ada unsur ketidaksengajaan soal buang puntung rokok. Rata-rata lahan terbakar itu area kebun sawit yang penuh semak belukar. Lahan itu kan berarti sudah investasi. Siapapun akan rugi (kalau ada kejadian kebakaran). Kalau dibakar (oleh perusahaan), saya rasa tidak. Kalau tidak sengaja dibakar ya bisa saja," Budi menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya