Kepala BNPB: Pencegahan dan Penanggulangan Bencana Harus Ditanamkan Sejak Dini

Pencegahan penanggulangan bencana, menurut Kepala BNPB, harus mulai ditanamkan di sekolah.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 24 Sep 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2019, 15:00 WIB
BNPB
Di Masjid Seribu Tiang, Kota Jambi, Provinsi Jambi pada Senin (23/9/2019), Kepala BNPB Doni Monardo menyampaikan, pencegahan penanggulangan bencana harus dimulai di sekolah. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jambi Pencegahan dan penanggulangan bencana harus mulai ditanamkan sejak dini. Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo.

"Hal ini (penanggulangan bencana) harus dipupuk dari kecil (terutama sejak anak-anak sekolah), yang bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan," gagasnya dalam keterangan keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Selasa (24/9/2019).

"Tujuannya untuk menanamkan pendidikan edukasi bencana sejak dini."

Selain itu, masalah bencana juga tidak dapat diselesaikan oleh satu instansi saja. Butuh bantuan dari berbagai kalangan, yang bersinergi dan menyelesaikan masalah bersama-sama.

"Tidak perlu saling menyalahkan. Mari kita bahu-membahu, memadamkan api (bencana kebakaran hutan dan lahan). Ke depannya, pencegahan harus diutamakan. Pemerintah daerah perlu melibatkan masyarakat sebagai kunci pencegahan bencana," tambah Doni di Masjid Seribu Tiang (Masjid Agung Al Falah), Kota Jambi, Provinsi Jambi kemarin.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Bencana Karhutla

Kabut Asap
Data sebaran partikel di udara PM10 di situs Earth Nullschool menunjukkan bahwa kabut asap di Kalimantan relatif banyak berkurang dan tidak sepekat sebelumnya. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Doni menjelaskan, bencana terbagi dua, yaitu bencana alam dan non-alam. Bencana alam, seperti gempa bumi di Jambi relatif sedikit. Belum ditemukan adanya potongan sesar gempa di Jambi.

Sementara itu, bencana yang sedang terjadi adalah bencana non-alam, yakni kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang diakibatkan ulah manusia. Bencana ini juga akibat musim kemarau panjang selama lebih dari dua bulan di Jambi. Akibatnya, permukaan lahan gambut menjadi kering sehingga mudah terbakar.

"Tahun ini boleh dibilang, hampir sama dengan tahun 2015 kebakarannya. Karena lahan gambut relatif kering," lanjut Doni.

Padamkan Api Bersama

BNPB
Di Masjid Seribu Tiang, Kota Jambi, Provinsi Jambi pada Senin (23/9/2019), Kepala BNPB Doni Monardo menyampaikan, pencegahan penanggulangan bencana harus dimulai di sekolah. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

BNPB mencatat, 2,6 juta hektar lahan gambut terbakar pada 2015. Pada 2019 ini sudah 328.000 hektar lahan gambut terbakar. Sifat lahan gambut harus basah dan tidak boleh kering. Ini karena lahan gambut berasal dari fosil batu bara muda yang mudah terbakar.

"Presiden (Joko Widodo) menugaskan saya untuk memprioritaskan daerah-daerah yang belum turun hujan. Kita semua (harus) bekerja dengan baik dan berdoa memadamkan api bersama," Doni menerangkan.

Kepada para petinggi di pemerintahan Provinsi Jambi, Doni juga berpesan untuk aktif hidup bersama masyarakat. 

"Hiduplah bersama rakyat, temuilah rakyatmu. Hiduplah bersama mereka dan pelajari perilakunya. Sisa api yang ada, mari kita padamkan bersama. Pemerintah pusat siap membantu dan mendukung upaya pemadaman," tegasnya.

 

 

*Artikel ini telah diedit karena ada ketidakakuratan penulisan pada luas lahan gambut yang terbakar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya