Depresi Intai Orang yang Bekerja di Akhir Pekan

Sebuah penelitian mengungkap bahwa bekerja di akhir pekan bisa meningkatkan kemungkinan depresi.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Okt 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2019, 08:00 WIB
Liputan 6 default 3
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta Bagi Anda yang bekerja di akhir pekan seperti hari ini, ada baiknya tetap menjaga kesehatan mental. Sebuah penelitian mengungkap bahwa bekerja di akhir pekan rentan mengalami depresi

Dilansir dari Her, peneliti dari UCL dari Queen Mary University of London, Inggris, mengungkap seseorang yang bekerja dalam waktu lama ketika akhir pekan memiliki risiko depresi lebih tinggi. 

Hasil temuan ini didapat berdasar analisis pada 20 ribu pekerja. Mereka yang bekerja lebih dari 55 minggu per minggu menampilkan gejala depresi 7,3 persen lebih tinggi.

Dari penelitian itu, diketahui bahwa masalah ini lebih berdampak pada wanita dibanding pria. Sekitar 4,6 persen wanita yang bekerja di akhir pekan menunjukkan gejala depresi sedangkan pada pria jumlahnya sekitar 3,4 persen.

"Penelitian ini bersifat observasi, sehingga walau kami tidak dapat menemukan penyebab pastinya, kami mengetahui bahwa banyak wanita memiliki beban tambahan dari pekerjaan rumah tangga dibanding pria. Hal ini menimbulkan tambahan jam kerja, tekanan, dan tanggung jawab," terang peneliti Gill Weston.

 

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.

Saksikan juga video menarik berikut

Pendapatan Rendah Rentan Depresi

Liputan 6 default 3
Ilustraasi foto Liputan 6

Selain faktor jenis kelamin, usia juga berperan terhadap hal ini. Hal lain yang berpengaruh adalah pendapatan, gaya hidup, beban kerja, serta kepuasan mereka dalam bekerja.

"Terlepas dari pola kerja, kami juga menemukan bahwa pekerja dengan gejala paling depresi lebih tua, pendapatan lebih rendah, perokok, melakukan pekerjaan fisik, dan tak puas dengan pekerjaan mereka," terang Weston.

Temuan ini sangat penting untuk menekan munculnya gejala depresi karena masalah pekerjaan ini. Mengetahui penyebabnya secara pasti bisa menurunkan risiko munculnya masalah ini lagi.

"Kami berharap temuan ini bisa mendorong pekerja dan pembuat kebijakan memikirkan cara untuk mengurangi beban dan memberi bantuan pada wanita yang bekerja dalam waktu lama dan tak teratur tanpa membatasi kemampuan untuk mengerjakan hal yang mereka inginkan," tandasnya.

 

Penulis: Rizky Wahyu Permana/Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya