Gerga Bertahan Tanam Kopi Meski Tak Lagi Tinggal di Lereng Gunung Sinabung

Meski tak lagi tinggal di lereng Gunung Sinabung, Gerga tetap bertahan menanam kopi.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 21 Okt 2019, 13:00 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2019, 13:00 WIB
Biji Kopi
Gerga bertahan menanam kopi meski tak lagi tinggal di lereng Gunung Sinabung. Biji Kopi (iStockphoto)

Liputan6.com, Karo Meski tak lagi tinggal di lereng Gunung Sinabung, Gerga warga Siosar, Karo, Sumatera Utara, tetap bertahan menanam kopi. Bagi Gerga, bertanam kopi seakan sudah menjadi bagian dari hidupnya. Tidak bertanam kopi, tak ada embusan napas penyemangat dalam hidupnya.

Ia menceritakan, dirinya telah menanam kopi sejak tinggal di lereng Gunung Sinabung. Namun, letusan Gunung Sinabung pada tahun 2010 dan aktivitas gunung yang terus aktif membuat ia dan seluruh penghuni desa di sana direlokasi. 

Melalui keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Senin (21/10/2019), setelah Gerga direlokasi dari Desa Simacem, lereng Gunung Sinabung, ia dan suaminya masih bisa menanam kopi.

"Rasa kopi di sini berbeda, mungkin karena ketinggian dan jenis tanah. Ada permintaan dari Jerman, tapi kami belum siap. Ya, karena kami baru menanam kopi pada 2016," tutur Gerga yang dulu tinggal di lokasi 2,5 km dari puncak Sinabung.

Walaupun begitu, ia optimis dapat membangun kembali pundi-pundi kehidupan di tempat relokasi yang baru, hunian Siosar, Karo, Sumatera Utara. Pada awalnya, Gerga merasa sulit. Tak seperti saat tinggal di lereng Gunung Sinabung, kini ia harus memulai dari nol menanam kopi.

"Sulit saat harus bercocok tanam pertama kali (lagi), tapi kami mencoba untuk menikmati apa yang diperoleh," tutupnya.

 

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Alat Penggiling Kopi

BNPB
Kepala BNPB Doni Monardo menyerahkan alat penggiling kopi untuk warga Siosar pada Jumat (18/10/2019). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Demi meningkatkan Gerga dan warga lain untuk meningkatkan produktivitas tanaman kopi, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menyerahkan alat penggiling kopi. Upaya ini sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Penyerahan alat penggiling kopi dilakukan Doni dan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi bersamaan peletakan batu pertama pembangunan Hunian Tetap (Huntap) Siosar tahap ketiga di Siosar, Karo, Sumatera Utara pada Jumat (18/10/2019). 

Sejumlah 892 unit hunian tetap (huntap) ditargetkan selesai pada Desember tahun ini. Peletakan batu pertama sebagai penanda simbolis pembangunan huntap tahap ketiga yang dimulai pengerjaannya pada Agustus 2019 lalu. 

"Kami ingin melihat pembangunan huntap berjalan dengan baik dan memastikan bantuan kepada korban yang berhak mendapatkan bantuan dari pemerintah," ujar Doni di hadapan warga Siosar yang telah menetap di sana terlebih dahulu.

Huntap Siosar dibangun untuk masyarakat yang tidak dapat lagi menetap di rumah mereka, yang berada di dalam kawasan rawan bencana Gunung Sinabung. Total pembangunan rumah yang telah dibangun mencapai ribuan, tahap pertama 370 unit, tahap kedua 1.655 unit, dan lanjutannya 156 unit.

Letusan dan Erupsi Sinabung

BNPB
Kepala BNPB Doni Monardo menyerahkan alat penggiling kopi untuk warga Siosar pada Jumat (18/10/2019). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Gunung Sinabung dengan ketinggian 2.460 mdpl yang meletus sejak 2010 masih berstatus level III atau siaga sampai sekarang. Serangkaian erupsi yang terjadi sejak 2010 mengakibatkan kerugian dan kerusakan berjumlah Rp1,80 triliun. 

Rincian kerugian dan kerusakan tersebut mencakup, sektor lintas Rp18,4 triliun, ekonomi Rp1,14 triliun, perumahan Rp505,9 miliar, infrastruktur Rp83,9 miliar, dan sosial Rp53,4 miliar.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan rekomendasi terkait aktivitias vulkanik, khususnya Gunung Sinabung, sebagai berikut: 

Pertama, masyarakat dan pengunjung/wisatawan agar tidak melakukan aktivitas pada desa-desa yang sudah direlokasi serta lokasi di dalam radiusl 3 km dari puncak Gunung Sinabung.

Untuk radius sektoral 5 km yang mengarah pada sektor selatan-timur dan 4 km untuk sektor timur-utara juga tidak diizinkan melakukan aktivitas.

Kedua, jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah.Hal ini untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanik.

Ketiga, mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang lebat agar tidak roboh. Keempat, masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai, yang berhulu di Gunung Sinabung harus waspada terhadap banjir lahar hujan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya