Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Tak Hanya untuk Orgasme, Klitoris Penting bagi Reproduksi

Sebuah penelitian berusaha membuktikan klitoris fungsinya bukan hanya untuk kenikmatan tapi juga sangat penting untuk reproduksi.

oleh Melly Febrida diperbarui 10 Nov 2019, 20:00 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2019, 20:00 WIB
Orgasme wanita
Ilustrasi orgasme wanita (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Klitoris sering dikaitkan dengan orgasme. Sebuah penelitian berusaha membuktikan klitoris fungsinya bukan hanya untuk kenikmatan tapi juga sangat penting untuk reproduksi. Penelitian ini diterbitkan di jurnal Clinical Anatomy.

Penulis utama studi tersebut Roy J. Levin dari Universitas Sheffield di Inggris menjelaskan rangsangan dari klitoris menghasilkan sensasi yang lebih indah. Stimulasi akan memicu gelombang peristiwa yang menarik, dari otak ke saluran genital wanita. Perubahan tersebut termasuk peningkatan aliran darah vagina, pelumasan dan peningkatan suhu vagina.

"Ini sangat penting dalam memfasilitasi kemungkinan keberhasilan reproduksi," tulis Levin seperti dikutip New York Post.

Menurutnya, kelebihan terbesar dari stimulasi klitoris adalah ketika serviks berubah posisi. Berusaha mencegah air mani berjalan ke rahim terlalu cepat, dan meningkatkan kemungkinan untuk membuahi sel telur.

"Mantra yang sering diulang, bahwa satu-satunya fungsi klitoris adalah untuk menginduksi kesenangan seksual, sekarang sudah kuno," kata Levin dalam siaran pers.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan juga video berikut ini:


Terkait Sunat Wanita

Dalam temuan ini, peneliti juga menambah argumen untuk mengakhiri masalah hak asasi manusia yang kontroversial dalam sunat terhadap wanita.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), klitoridektomi, atau penyunatan pada wanita mempengaruhi lebih dari 200 juta anak perempuan dan perempuan yang hidup hari ini di 30 negara di Afrika, Timur Tengah, dan Asia. Sehingga penyedia layanan kesehatan diminta untuk mengakhiri praktik tersebut.

"Praktik tersebut harus berada di bawah pengawasan ketat karena pengaruhnya terhadap reproduksi, " kata Levin.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya