Cek Fakta Kesehatan: Jerawat Sembuh dengan Air Kencing?

Beberapa kalangan percaya, mengonsumsi urine dengan diminum atau dioleskan pada bagian tubuh tertentu bisa mengobati penyakit, termasuk jerawat. Benarkah?

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 11 Nov 2019, 09:02 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2019, 09:02 WIB
20160905 Jerawat Wajah
Ilustrasi Foto Jerawat Pada Wajah (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kabar mengenai urine yang bisa digunakan sebagai terapi berbagai macam penyakit termasuk meredakan jerawat sudah beredar sejak lama. Beberapa kalangan percaya, mengonsumsi urine dengan diminum atau dioleskan pada bagian tubuh tertentu bisa mengobati penyakit.

Berdasarkan penelusuran Tim Health Liputan6.com, unggahan mengenai khasiat urine untuk kesehatan itu telah masuk dalam forum diskusi daring sejak 2010.

Lalu, penggunaan air kencing untuk mengobati jerawat kembali mencuat pada 2015 ketika seorang penulis Martha Christy dalam bukunya In Your Own Perfect Medicine menyebut, mengoles urine pada wajah dapat mengurangi masalah jerawat, eksim, atau kondisi kulit lainnya.

Dalam bukunya, Martha menulis, urine mengandung mineral dan nutrisi yang baik bagi kulit. Bahkan, menurutnya, terapi menggunakan urine yang dia sebut sebagi urotherapy itu telah dipraktikkan sejak zaman dahulu. Benarkah demikian?

 

 

Penelusuran Fakta

Kala itu, klaim urine bisa untuk mengobti jerawat disanggah oleh profesor dermatologi dari Yale University Mona Gohara, MD. Sanggahan Profesor Gohara itu telah dimuat dalam beberapa media seperti Good Housekeeping dan Cosmopolitan.

"Urine pada dasarnya air. Ada sedikit kandungan urea, mineral, serta enzim di dalamnya," jelas Gohara. "Tapi menurut saya, tidak ideal menerapkannya pada kulit."

Gohara mengatakan, urea memang bermanfaat melembapkan kulit tapi jumlahnya dalam urine sangat sedikit, tidak cukup signifikan untuk perawatan kulit. Gohara menyarankan agar menggunakan produk kecantikan yang memang dibuat khusus untuk perawatan kulit dan mengandung urea sintetik yang jumlahnya telah disesuaikan dengan kebutuhan.

Lebih jauh, Gohara mengatakan, hingga saat ini belum ada uji ilmiah mengenai manfaat urine untuk terapi kesehatan.

Hal senada juga disampaikan dr Ivony Moesa, Sp.KK. Menurutnya, urine adalah limbah yang sudah dibuang oleh tubuh. Hasil penyaringan racun yang terjadi di hepar dan ginjal dibuang melalui urine dan feses. Walau tak sekotor feses, urine adalah limbah yang telah dibuang dan tidak diperlukan tubuh.

"Intinya itu pembuangan. Ginjal dan hepar itu kan untuk pengolahan racun. Semua diproses oleh ginjal atau hepar. jadi urine itu memang waste/limbah, untuk dikeluarkan. Jadi sudah jadi limbah, ngapain dipakai lagi?" ujar dr Ivony, dihubungi Health-Liputan6.com, Senin (11/11/2019).

Ivony menjelaskan, ketika urine dialirkan ke kandung kemih, kondisinya memang steril karena tak ada bakteri seperti di usus. Saat dikeluarkan, air kencing atau urine tetap bersifat steril. Meski demikian bukan berarti urine lantas aman dikonsumsi karena bisa saja terkontaminasi bakteri bila individu yang bersangkutan ternyata memiliki infeksi saluran kencing.

"Tapi walaupun streril bukan berarti itu aman buat dikonsumsi lagi, karena itu kan harus lewat jalur luar. Kalau cowok, saluran kemihnya seperti selang, jadi kalau enggak ada infeksi di saluran kencingnya, begitu keluar, urine itu masih steril," jelas Ivony.

Berbeda dengan wanita, risiko air kencing tercampur bakteri lebih besar. Pada wanita, ada risiko infeksi seperti keputihan. Bakteri dari penyakit tersebut bisa tercampur dalam urine. Menerapkan air kencing yang terpapar bakteri pada jerawat hanya akan menambah parah kondisi jerawat.

"Malah bisa jadi infeksi," cetus dokter yang berpraktik di RS Indriati itu.

Kesimpulan

Terapi urine untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk jerawat tidak dianjurkan dari sisi medis. Selain itu, hingga saat ini belum ada penelitian atau uji ilmiah terkait penggunaan urine sebagai terapi kesehatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya