Liputan6.com, Jakarta Kesadaran mengonsumsi makanan sehat harus dimiliki generasi milenial. Hal ini melihat anak-anak dan remaja generasi milenial, khususnya di daerah perkotaan mudah mengakses aneka jajanan maupun makanan siap saji.
Berbagai makanan yang tersedia di pinggir jalan maupun pesan antar makanan secara daring dengan harga terjangkau dan beragam bisa diperoleh.
Advertisement
"Namun, tingkat kesadaran generasi muda untuk mengonsumsi pangan yang aman, bermutu, dan bergizi masih kurang," kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito dalam keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Selasa (12/11/2019).
"Karena itulah, kami menjalankan misi untuk mengedukasi generasi milenial dan pelaku usaha pangan, khususnya Pedagang Kaki Lima (PKL). Tujuannya meningkatkan kesadaran mereka tentang diet sehat yang terkait dengan makanan jalanan."
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Kampanye Keamanan Pangan
Inspirasi dan wawasan kepada generasi milenial untuk mengonsumsi makanan aman, bermutu, dan bergizi sangat dibutuhkan. Upaya ini didukung kampanye keamanan pangan kepada masyarakat.
"Buat generasi milenial dan PKL, kampanye keamanan pangan diharapkan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menyiapkan dan mengonsumsi makanan yang aman, bermutu, dan bergizi dalam rangka mewujudkan #zerohunger world (dunia tanpa kelaparan)," Penny menegaskan.
“Saya mengajak semua pihak untuk bersinergi mengawal keamanan pangan di Indonesia. Misal, pembinaan dan pengawasan."
Para generasi milenial, lanjut Penny, juga harus aktif untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan terdepan dengan tingkat keamanan pangan yang unggul.
Advertisement
Pangan yang Bergizi dan Sehat
Penny menambahkan, saat ini kita dituntut mampu mempromosikan aksi melawan kelaparan di seluruh dunia, memastikan keamanan pangan serta pola hidup dengan pangan yang bergizi dan sehat untuk seluruh penduduk di dunia.
Faktor utama penyebab penyakit dan kematian di seluruh dunia bermula dari kebiasaan pola pangan yang tidak sehat dan gaya hidup yang kurang aktif. Dari data resmi Food and Agriculture Organization (FAO), kebiasaan ini telah menjadi faktor pembunuh dan disabilitas nomor 1 di dunia.
"Selain itu, fenomena kekurangan gizi dan kelebihan gizi serta obesitas sering terjadi bersamaan, baik di negara maju maupun negara berkembang," ujar Penny.
“Diperkirakan lebih dari 670 juta orang dewasa dan 120 juta anak (5–19 tahun) perempuan dan laki-laki di dunia mengalami obesitas. Lalu, lebih dari 40 juta anak balita kelebihan berat badan. Lebih dari 820 juta orang menderita kelaparan."