Liputan6.com, Jakarta Banyak di antara kita yang terfokus pada upaya mengurangi depresi pascamelahirkan. Padahal, risiko depresi bisa muncul selama kehamilan.
Tak jarang, tanda dan gejala depresi yang muncul juga tidak disadari. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), AS, gejala depresi selama kehamilan meliputi:
Baca Juga
1. Suasana sedih, cemas, atau kosong yang berlangsung lama
Advertisement
2. Perasaan putus asa atau tidak berharga
3. Perasaan mudah tersinggung atau gelisah
4. Kehilangan energi
5. Memiliki masalah pada konsentrasi, mengingat dengan detail, dan membuat keputusan
6. Kesulitan tidur atau tidur terlalu banyak
7. Makan berlebihan atau kehilangan nafsu makan
8. Nyeri atau sakit yang tidak membaik dengan pengobatan
9. Pikiran bunuh diri hingga upaya bunuh diri
"Jika gejala yang muncul mengkhawatirkan atau memengaruhi kemampuan seseorang untuk hidup seperti yang diinginkan, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter," ucap Direktur Layanan Psikologi Brigham and Women's Hospital, AS, Natalie Dattlio seperti dikutip Health, Minggu (24/11/2019).
Dattlio menjelaskan, pikiran tentang bagaimana suasana hati seseorang telah berubah sejak kehamilan. Hal tersebut meliputi menurunnya rasa ketertarikan pada hal yang dulu Anda sukai, menarik diri dari hubungan atau hobi yang dilakukan, hingga mempertanyakan mengenai kehamilan atau kehidupan secara umum.
Terlepas dari apakah gejala tersebut memenuhi kriteria depresi pada seorang wanita, terapi dinilai dapat membantu transisi seorang wanita menjadi seorang ibu.
"Ini juga dapat membantu mencegah gejala menjadi lebih buruk. Hamil adalah saat yang menengangkan, jadi mengapa tidak mencari bantuan?" ucap seorang penulis, Laura Hanos-Webb.
Saksikan juga video menarik berikut:
Pentingnya peduli pada diri sendiri
Dalam beberapa kasus, depresi selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan bayi. Hal tersebut disebabkan karena wanita yang mengalami depresi cenderung kurang mengurus diri sendiri.
"Bukan karena mereka melakukannya dengan sengaja tetapi karena mereka tidak memiliki energi, minat, atau motivasi. Sehingga mereka mungkin tidak membuat pilihan yang sehat, melainkan sebaliknya," ucap Dattlio.
Wanita yang mengalami depresi selama kehamilan mungkin tidak merasa bersemangat menjalani kehamilannya. Bahkan mungkin tidak melakukan perawatan prenatal yang optimal, seperti memeriksakan kandungan pada dokter. Juga mungkin tidak memakan makanan sehat yang dibutuhkan oleh bayi.
Depresi yang tidak diobati juga menempatkan seorang wanita pada peningkatan risiko dalam mengalami depresi pascapersalinan dan kesulitan membangun relasi dengan bayi.
Â
Penulis: Diviya Agatha
Advertisement