Liputan6.com, Jakarta Dari seluruh jenis rempah-rempah yang biasa digunakan bumbu masak, sebut saja cengkeh, pala, kemiri, kayu manis, dan kapulaga, ada satu tanaman rempah yang paling dicari orang Indonesia sepanjang 2019. Dialah turmeric, yang berarti kunyit.
Dari penelusuran Health Liputan6.com pada data Google Trend Indonesia 2019, kata 'turmeric' sebagai kueri bumbu masak rempah-rempah yang sehat ini meningkat 2,3 kali lipat di Google Search.
Advertisement
Laporan Google Year in Search 2019, jumlah penelusuran per kapita tertinggi untuk kata kunci 'turmeric' didominasi pencarian dari masyarakat Bali dan Nusa Tenggara Barat
Manfaat kunyit juga tak hanya sebagai bumbu masak, tapi pengobatan. Mengoleskan kunyit pada luka diyakini dapat memerangi infeksi.
"Kunyit adalah tanaman keberuntungan dan salah satu herbal yang paling penting,” kata Anupama Kizhakkeveettil, anggota dewan National Ayurvedic Medical Association, dikutip The Irish Times, Senin (16/12/2019).
Mencampur kunyit dengan susu membuat pikiran menjadi tenang. Warna kuning dan rasa pahit rempah-rempah ini menghasilkan masakan kari. Bahan aktif yang terkandung pada kunyit adalah curcumin.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Obati Depresi
Kunyit juga membantu menurunkan kolesterol tinggi, demam, depresi, radang gusi, dalam sindrom pramenstruasi. Pada pengobatan ayurvedic, kunyit diyakini bertindak sebagai anti-virus, anti-bakteri, dan anti-parasit.
Rempah-rempah ini bisa atasi diabetes, nyeri, rematik, osteoartritis, dan kondisi kulit seperti eksim.
Selain itu, kunyit dapat mengobati depresi. Depresi berkaitan dengan penurunan kadar brain derived neurotrophic factor (BDNF)--salah satu hormon pada otak. Rempah-rempah ini sebagai antidepresan efektif, yang meningkatkan kadar BDNF.
Penelitian berjudul Antidepressant-like effects of curcumin in WKY rat model of depression is associated with an increase in hippocampal BDNFmenemukan, menyuntikkan tikus dengan curcumin 50, 100 atau 200 mg/kg selama 10 hari membuat peningkatan BDNF.
Penelitian ini dipublikasikan Behavioural Brain Research pada 15 Februari 2013. Efeknya tergantung dosis. Dosis yang lebih tinggi dari 200 mg/kg menunjukkan, efek antidepresan yang lebih besar.
Advertisement