Tren Mukbang di Indonesia Laris Manis Sepanjang 2019

Tren mukbang ternyata sangat populer di Indonesia sepanjang 2019.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 26 Des 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 26 Des 2019, 09:00 WIB
Ilustrasi Makan Besar (Pixabay)
Mukbang di Indonesia termasuk pencarian sangat populer sepanjang 2019. (Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Tren mukbang yang mendunia ikut ditonton orang Indonesia. Pencarian mukbang di Google mengalami lonjakan.

Penelusuran Health Liputan6.com pada data Google Trend Indonesia 2019, konten eksperimental tentang makanan dan minuman, khususnya mukbang ternyata sangat populer di Indonesia.

"Dalam penelusuran YouTube, kata kunci 'ASMR' melonjak 3,9 kali lipat, sedangkan kata kunci 'mukbang' meningkat 2,6 kali lipat," tulis Google dalam laporan Year in Search 2019.

Secara keseluruhan, ada 1,8 kali pertumbuhan pencarian di Indonesia untuk topik terkait makanan dan minuman di Google Search sepanjang 2019. Menyoal mukbang, artinya siaran makan.

Kata ini berasal dari bahasa Korea: muk-da (makan) dan bang-song (siaran). Orang yang melakukan mukbang akan menayangkan diri sendiri di depan kamera saat lagi makan dan ditonton ribuan penonton internet.

ASMR (Autonomous Sensory Meridian Response) mukbang yang dimaksud adalah mukbang yang hanya menyajikan suara dan gambar orang yang sedang makan dengan lebih jelas.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Porsi Berlebihan dan Risiko Obesitas

Ilustrasi Badan Gemuk atau Obesitas (iStockphoto)
Risiko obesitas dari melakukan mukbang bisa terjadi. (iStockphoto)

Walaupun mukbang banyak ditonton, lantas bagaimana pandangan dari sisi kesehatan? Tayangan mukbang biasanya menampilkan sang host dengan makanan porsi besar, bahkan jumbo di hadapannya. Porsi tersebut sebenarnya dapat dimakan oleh 5 orang atau lebih.

Menurut dokter Nadia Octavia dari KlikDokter, seringkali makanan yang dikonsumsi saat mukbang adalah makanan yang tinggi kalori dan lemak trans, seperti junk food. Sebut saja kentang goreng, hamburger, nugget, ayam goreng, ramen, dan sebagainya.

Makanan cepat saji juga tinggi kandungan lemak jenuh dan tinggi sodium. Jika dikonsumsi berlebihan, maka meningkatkan risiko obesitas. Kondisi ini berujung pada peningkatan risiko diabetes, darah tinggi, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung.

"Host mukbang juga menayangkan kegiatan makan dalam waktu lama. Ini dapat membuat orang yang menonton pun akan menjadi malas bergerak dan duduk terus-menerus. Padahal, aktivitas fisik yang rutin minimal 30 menit setiap hari atau 2-3 kali seminggu sangat penting terhindar dari risiko obesitas dan penyakit lainnya," tulis Nadia, dikutip KlikDokter.

Nonton mukbang memang menghibur, tapi pertimbangkanlah secara bijak sebelum mengikuti tren tersebut. Dari sisi kesehatan, ikut melakukan mukbang justru bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya