Bakteri Penyebab Antraks Mampu Bertahan Hidup Lebih Lama di Tanah

Bakteri penyebab antraks rupanya mampu bertahan hidup lebih lama di tanah.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 21 Jan 2020, 16:00 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2020, 16:00 WIB
asuransi sapi
Sapi-sapi milik peternak di Kabupaten Sungai Hulu Utara ini terus didata agar bisa diikutkan asuransi untuk mencegah kerugian peternak. (fptp: Liputan6.com / diskominfo kab.SHU)

Liputan6.com, Jakarta Bakteri Bacillus anthracis yang menjadi penyebab penyakit antraks dapat bertahan hidup puluhan tahun di tanah. Bakteri antraks bisa membentuk spora yang tahan terhadap kondisi atau lingkungan panas, serta bahan kimia atau desinfektan.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita menyampaikan, soal bakteri penyebab antraks yang tengah marak terjadi di Gunung Kidul, Yogyakarta, Jawa Tengah. 

"Bakteri Bacillus anthracis ini bisa tahan lama di lingkungan. Jadi, kewaspadaan masyarakat tetap diperlukan (terhadap kejadian antraks)," ucap Diarmita sebagaimana keterangan resmi kepada Health Liputan6.com, Senin (20/1/2020).

Kasus antraks di Desa Gobang, Kecamatan Pojong, Gunung Kidul telah tertangani dengan baik. Bantuan vaksin dan antibiotik untuk hewan ternak diberikan.

"Saat ini, sudah lebih dari 20 hari terhitung sejak kasus antraks di sana. Artinya, penanganan antraks sudah berjalan dan kasus dapat dikendalikan," pungkas Diarmita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Gejala Antraks pada Ternak dan Manusia

Sapi-Sapi Bali di Lembah Kematian Nusakambangan
Lembah kematian Nusakambangan disulap menjadi lapas terbuka yang mengelola peternakan sapi Bali, tapi para napi di dalamnya tetap ketakutan. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Mengutip laman Kementerian Pertanian, gejala antraks yang harus diwaspadai, sebagai berikut:

1. Kematian mendadak dan adanya perdarahan di lubang-lubang kumlah (lubang hidung, lubang anus, pori pori kulit).

2. Ternak mengalami kesulitan bernapas, demam tinggi, gemetar, berjalan sempoyongan, kondisi lemah, ambruk dan kematian secara cepat.

3. Pada kuda, gejala biasanya kronis dan menyebabkan kebengkakan pada tenggorokan.

4. Pada manusia bisa terjadi tukak atau luka pada kulit dan kematian mendadak.

Adanya gejala antraks di atas, Diarmita juga mengharapkan kepada warga untuk melaporkan bila ada hewan ternak mati mendadak.

"Laporkan juga kalau ada ternak yang mati mendadak. Masyarakat juga tidak membeli hewan yang berasal dari daerah tertular atau tanpa keterangan kesehatan hewan yang resmi," sarannya. 

Bakteri antraks yang menginfeksi manusia biasanya lewat luka terbuka, para pekerja penyeleksi bulu domba atau orang yang memakan daging hewan ternak yang positif antraks.  

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya