Liputan6.com, Jakarta Masker daur ulang menjadi salah satu upaya pedagang nakal meraup keuntungan di tengah merebaknya virus corona. Masker bekas disetrika atau diperbaiki ulang, kemudian diperjualbelikan dengan harga murah.
Demi mencegah masker bekas yang didaur ulang, dokter Dewi Sumaryani Soemarko punya saran yang tepat.
Advertisement
Bahwa sebelum membuangnya, masker dirobek-robek atau dihancurkan.
"Masker bekas silakan dirobek-robek dan dirusak. Supaya enggak dijual dan enggak bisa digunakan lagi. Terutama untuk masker yang sekali pakai," kata Dewi ditemui di bilangan Salemba, Jakarta, ditulis Rabu (11/3/2020).
"Jadi, habis pakai masker, jangan cuma 'plung' langsung masukin tempat sampah. Dirobek-robek dulu."
Marak masker daur ulang juga melihat tingginya kebutuhan masyarakat, khususnya masker sekali pakai yang berwarna hijau tinggi. Tak heran, masker pun menjadi barang langka di pasaran.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Penggunaan Masker
Dewi juga menegaskan, penggunaan masker memang khususnya untuk orang yang sakit, seperti batuk dan flu. Atau kalau tubuh mulai terasa tidak enak, boleh menggunakan masker.
"Ya, bisa juga kalau kita dekat orang yang flu, lalu dia enggak pakai masker ya kita boleh pakai. Tapi sebaiknya orang yang bersangkutan juga perlu (dibilangin) untuk memakai masker," tegasnya.
Yang paling penting menggunakan masker, yaitu para dokter dan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Mereka adalah orang-orang yang setiap hari bertemu dengan pasien.
"Paling utama yang pakai masker itu tenaga kesehatan di rumah sakit. Baik dokter dan perawat. Karena kan mereka setiap hari ketemu orang (pasien) dengan yang punya riwayat macam penyakit," lanjut Dewi. Â
Advertisement