Liputan6.com, Jakarta Di usia 12 tahun, Juliet Daly harus berjuang untuk melewati masa kritis akibat COVID-19 yang membuatnya nyaris meninggal. Namun, ia berhasil mengalahkan penyakit tersebut.
Berawal dari sakit perut dan muntah, sang ibu, Jennifer yang merupakan seorang radiologis, mengira bahwa putrinya mengalami usus buntu atau masalah perut lainnya.
Baca Juga
Namun, bibir gadis Amerika Serikat tersebut membiru. Selain itu, tubuhnya terasa dingin. Ia pun segera dibawa ke ruang gawat darurat dan diterbangkan ke Ochsner Medical Center, Jefferson, Louisiana.
Advertisement
"Juliet masuk dalam kelompok anak yang paling sakit parah yang pernah kami rawat dengan COVID-19," kata Jake Kleinmahon, salah satu dokter yang merawat Juliet selama 10 hari seperti dilansir dari AP News pada Selasa (26/5/2020).
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Terkena Serangan Jantung
Kleinmahon mengatakan, ruang atas jantungnya tidak berfungsi benar dengan ruang bawahnya. Selain itu Juliet juga mengalami kegagalan organ multisistem.
Pada satu titik, Juliet mengalami serangan jantung. Dokter harus segera memberikan pertolongan cardiopulmonary resuscitation (CPR) selama dua menit agar anak itu bisa diselamatkan.
"Saya mati dan kembali," kata Juliet menceritakan perjuangannya.
Advertisement
Diperbolehkan Pulang
Kleinmahon mengatakan, pada anak-anak, infeksi virus corona seringkali memiliki gejala yang berbeda dari orang dewasa seperti masalah perut atau ruam. Selain itu, pada beberapa anak yang terinfeksi SARS-CoV-2 juga ditemukan virus lain. Hal inilah yang terjadi pada Juliet.
Selama empat hari, Juliet harus menggunakan ventilator. Dia diperbolehkan pulang pada 15 April.
Kleinmahon mengatakan fungsi jantungnya sudah kembali normal meski ada sedikit trauma yang seharusnya berkurang seiring berjalannya waktu. Dia berharap agar Juliet bisa memiliki kehidupan yang benar-benar normal.
Momen Tak Terlupakan
Jennifer, sang ibu, menceritakan bahwa saat sadar, putrinya khawatir karena dia bolos sekolah. Namun ketika dia tahu apa yang terjadi, Juliet tak bisa menahan rasa harunya.
"Awalnya saya sangat ketakutan," kata Juliet.
Jennifer dan sang suami, Sean tidak bisa membayangkan kehidupan mereka tanpa sang putri. Andai saja, mereka tidak membawanya ke rumah sakit tepat waktu, mungkin Juliet tak akan hidup hingga saat ini. Meski putrinya tak ingat apa-apa saat mengenakan ventilator, namun Jennifer tak pernah lupa situasi dalam empat hari tersebut.
"Yang diingatnya adalah, ayah mengatakan padanya bahwa dia akan pergi tidur, 'mereka akan meletakkan tabung di tenggorkanmu. Kamu akan naik helikopter dan bangun di rumah sakit baru dan ibu akan ada di sana,'' kata Jennifer.
"Itulah yang terjadi," tambahnya.
Advertisement