Ketika Ikan Lele Diisukan Bisa Obati Flu Spanyol, Pandemi yang Melanda Hindia Belanda

Tren beredarnya rumor dan hoaks di masa pandemi rupanya juga sudah terjadi sejak wabah Flu Spanyol di Hindia Belanda

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 02 Agu 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2020, 13:00 WIB
Ilustrasi ikan lele (Sumber: Istockphoto)
Ilustrasi ikan lele (Sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu isu yang disorot dalam pandemi COVID-19 yang terjadi di tahun 2020 adalah banyaknya rumor, hoaks, mau pun teori-teori yang beredar di masyarakat dan seringkali diragukan kebenarannya.

Hal seperti ini rupanya sudah terjadi sejak bertahun-tahun yang lalu, bahkan di masa pandemi Flu Spanyol yang juga sampai ke Indonesia, yang ketika itu masih bernama Hindia Belanda.

Ravando Lie, Kandidat Doktor Sejarah dari University of Melbourne dalam dialog yang disiarkan dari Graha BNPB, Jakarta beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa salah satu rumor yang muncul adalah bagaimana lele bisa menjadi obat penangkal Flu Spanyol.

"Di Wonogiri, di desa Pagutan, itu beredar kabar bahwa ikan lele bisa dijadikan sebagai obat penangkal Flu Spanyol," kata Ravando, ditulis Minggu (2/8/2020).

"Pada akhirnya itu ketahuan hanya akal-akalan pedagang lele saja. Karena pada saat berita itu menyebar, stok lele itu ludes dari pasaran dan harganya sudah melonjak berkali-kali lipat dan itu merembet ke berbagai wilayah lainnya di Wonogiri," ujarnya.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini

Rumor Berbau Politik

Perawat menyiapkan masker untuk mencegah penyebaran flu Spanyol pada 1918. (foto: National Archives)
Perawat menyiapkan masker untuk mencegah penyebaran flu Spanyol pada 1918. (foto: National Archives)

Ravando juga mengungkapkan bahwa di Purwokerto, sempat diketahui adanya beberapa oknum yang mencoba meraup keuntungan dari masa pandemi saat itu dengan mengatakan bahwa mereka didatangi oleh Nyi Roro Kidul.

"Sehingga kalau mereka ingin diselamatkan harus datang ke rumahnya untuk kemudian menyumbang dan mereka nanti akan didoakan, sejenisnya, untuk bisa mereka disebut selamat dari flu Spanyol," kata Ravando.

Sementara Syefri Luwis, peneliti sejarah wabah Universitas Indonesia pada kesempatan yang sama mengungkapkan adanya beberapa pihak yang memanfaatkan masa pandemi untuk tujuan politik.

"Flu Spanyol pada saat itu oleh media yang ditulis 'Spanish Influenza' diasosiasikan dengan Sarekat Islam. Karena (Spanish Influenza) di berita-berita koran disebutnya 'SI,'" kata Syefri. "Cuma orang-orang meledeknya dengan Sarekat Islam. Jadi Sarekat Islam yang disalahkan di sana karena saat itu mereka sudah mulai naik."

Syefri bahkan mengatakan, ada beberapa rumor yang menyalahkan etnis tertentu sehingga sempat menimbulkan konflik di beberapa wilayah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya