Dapat Hak Paten dari China, Seperti Apa Vaksin COVID-19 Buatan CanSino?

Kandidat vaksin COVID-19 yang dikembangkan CanSino akan melakukan uji klinis fase ketiganya di luar China

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 18 Agu 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2020, 12:00 WIB
Ilustrasi suntik vaksin (AP/Seth Wenig)
Ilustrasi suntik vaksin (AP/Seth Wenig)

Liputan6.com, Jakarta China dilaporkan telah memberikan hak paten kepada kandidat vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh CanSino.

Dikutip dari Channel News Asia pada Selasa (18/8/2020), media pemerintah People's Daily mengabarkan bahwa pemerintah China telah mengeluarkan hak paten kepada kandidat vaksin COVID-19 Can Sino pada 11 Agustus lalu.

Dikutip dari Live Science, vaksin ini dikembangkan oleh CanSino Biologics bekerjasama dengan Beijing Institute of Biotechnology menggunakan adenovirus yang dilemahkan.

Berbeda dengan vaksin Oxford yang menggunakan adenovirus yang menginfeksi simpanse, CanSino menggunakan adenovirus yang menginfeksi manusia.

Hasil uji klinis fase dua yang dirilis di The Lancet pada 20 July lalu. Penelitian ini dilakukan di Wuhan dan melibatkan 508 peserta yang secara acak diberikan satu atau dua dosis berbeda baik dari vaksin atau plasebo.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Hasil Uji Klinis Fase Dua

Ilustrasi suntik vaksin campak (AFP/Johannes Eisele)
Ilustrasi suntik vaksin (AFP/Johannes Eisele)

Dikutip dari catatan mereka di The Lancet, vaksin COVID-19 CanSino baru melakukan uji klinis fase dua pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas, negatif HIV, serta belum pernah terinfeksi virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Studi ini juga tidak menemukan adanya efek samping serius meski ada beberapa laporan reaksi ringan hingga sedang seperti demam, kelelahan, serta nyeri di tempat vaksin disuntikkan.

Selain itu, sekitar 90 persen peserta mengembangkan respon sel T dan sekitar 85 persen mengembangkan antibodi netralisir.

Naor Bar-Zeev dan William J. Moss dari John Hopkins' International Vaccine Access Center dalam ulasannya di laporan The Lancet mengatakan bahwa hasil ini cukup baik untuk dilanjutkan ke fase tiga.

"Vaksin harus diuji pada populasi peserta yang jauh lebih besar untuk menilai kemanjuran dan keamanannya," kata kedua pengulas. "Secara keseluruhan, hasil dari kedua uji coba secara umum serupa dan menjanjikan."


Uji Klinis Fase Tiga di Luar China

Ilustrasi vaksin
Ilustrasi vaksin (Foto: unsplash.com)

Uji klinis fase tiga vaksin CanSino direncanakan akan dilakukan di luar China. Salah satu yang berencana memulai bulan ini adalah Arab Saudi.

Sementara negara lain yang diketahui sudah dalam diskusi untuk menjadi tempat uji klinis vaksin COVID-19 CanSino lain adalah Rusia, Brasil, dan Chili.

Namun kemarin, dikabarkan bahwa perusahaan farmasi Rusia Petrovax menyatakan bahwa mereka telah memulai uji klinis vaksin CanSino di negara tersebut. Direncanakan, 625 partisipan akan berpartisipasi di delapan lembaga medis untuk menguji keamanan dan efektivitas dari vaksin yang juga disebut Ad5-nCoV ini.

Sebelumnya, Rusia menjadi negara pertama yang secara resmi memberikan persetujuan penggunaan vaksin COVID-19 buatan Gamaleya Institute untuk masyarakat. Namun, mereka dikritik karena minimnya hasil uji klinis yang dirilis ke publik.

Diketahii, vaksin COVID-19 buatan Rusia ini juga menggunakan adenovirus untuk membawa antigen dari virus corona ke dalam sel manusia. Metode yang serupa dengan vaksin karya CanSino dan Oxford.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya