FDA Beri Izin Tes Air Liur untuk Deteksi COVID-19

Tes COVID-19 ini dinyatakan lebih murah, tidak terlalu invasif, serta dapat dilakukan tanpa komponen pengujian tertentu yang banyak berkurang karena pandemi

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 18 Agu 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2020, 13:00 WIB
Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (kuning) muncul dari permukaan sel (merah muda) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) pada Sabtu pekan lalu memberikan izin penggunaan darurat tes air liur untuk pemeriksaan COVID-19.

Dikutip dari Live Science pada Selasa (18/8/2020), tes liur bernama "SalivaDirect" ini disebut memiliki keunggulan dibandingkan tes usap atau swab untuk COVID-19 pada umumnya.

Tes ini dinyatakan lebih murah, tidak terlalu invasif, serta dapat dilakukan tanpa komponen pengujian tertentu yang banyak berkurang karena pandemi. Selain itu, pemeriksaan juga bisa selesai hanya dalam beberapa jam.

Brett P. Giroir, United States Assistant Secretary for Health sekaligus koordinator pengujian COVID-19 Amerika Serikat mengatakan bahwa tes ini merupakan salah satu inovasi yang akan mengurangi permintaan sumber daya tes yang mulai langka.

Tes ini sendiri dikembangkan oleh para peneliti di Yale School of Public Health dan telah dilakukan kepada para pemain serta staf National Basketball Association (NBA) sebagai validasi keefektifannya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini


Diklaim Lebih Murah

Ilustrasi Penelitian
Ilustrasi penelitian. (dok. Science in HD/Unsplash/Adhita Diansyavira)

Dalam keterangannya, FDA menyatakan bahwa tes ini hanya membutuhkan air liur yang dikeluarkan seseorang ke dalam wadah.

"Kami menyederhanakan tes sehingga biayanya hanya beberapa dolar dan kami berharap laboratorium hanya akan mengenakan biaya sekitar 10 dolar AS per sampel," kata Nathan Grubaugh, assistant professor of epidemiology di Yale School of Public Health.

Grubaugh menambahkan, apabila metode ini bisa diterapkan di seluruh AS, pandemi dapat tertangani bahkan sebelum adanya vaksin.

Dilaporkan dalam hasil studi awal di medRxiv yang belum mendapatkan ulasan sejawat, tingkat akurasi dari SalivaDirect setara dengan tes usap. Hasilnya disebut bisa keluar dalam waktu kurang dari tiga jam.

Mengutip Science Alert, Grubaugh mengatakan bahwa temuan itu juga didapat sebagai hasil perbandingan kedua metode tersebut. Dilaporkan ESPN, studi ini mendapatkan dana dari NBA dan NBPA (National Basketball Players Association).


Disebut Sama Akuratnya dengan Tes Swab

Pemeriksaan Sampel Tes PCR Covid-19 di Labkesda DKI Jakarta
Sampel disimpan di lemari pendingin sebelum diuji di laboratorium pemeriksaan Covid-19 di Labkesda DKI Jakarta, Selasa (4/8/2020). Labkesda DKI yang berjejaring dengan 47 lab se-Jakarta dalam sehari tercatat mampu menguji hampir 10.000 spesimen Covid-19 dengan metode PCR. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

ESPN melaporkan, tes SalivaDirect ini menghindari tahap "ekstraksi RNA dari sampel." Menurut Grubaugh hal ini memang menghilangkan sedikit kepekaan. Namun menurutnya, hasil yang diperoleh menjadi lebih cepat dan bisa 10 kali lebih murah.

Selain itu, FDA juga mengatakan bahwa hal ini membuat kapasitas pengujian bisa ditingkatkan sambil mengurangi penggunaan strain sebagai sumber daya yang tersedia.

FDA menyatakan Yale tidak berusaha mempublikasikan tes tersebut. Alih-alih, mereka akan memberikan instruksi protokol tes secara "open source" sehingga, laboratorium yang ditunjuk dapat mengikut protokol dari Yale untuk melakukan tes mereka sendiri.

Yale, NBA, atau NBPA menyatakan bahwa tidak berencana memungut royalti dari penyelenggaran tes tersebut. "Tujuan saya bukan untuk menguji para atlet," kata Grubaugh." Itu bukan populasi target saya. Populasi target saya adalah semua orang."

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya