Terkait Mutasi Virus Corona D614G yang Menular 10 Kali Lipat, Masyarakat Indonesia Harus Waspada?

Sejauh ini mutasi Virus Corona D614G seperti di Malaysia belum ada di Indonesia

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 19 Agu 2020, 20:22 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2020, 19:01 WIB
FOTO: Rusia Daftarkan Vaksin COVID-19 Pertama di Dunia
Vaksin COVID-19 yang dikembangkan laboratorium Institut Penelitian Ilmiah Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya, Moskow, Rusia, 6 Agustus 2020. Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin pada 11 Agustus 2020, negaranya telah mendaftarkan vaksin COVID-19 pertama di dunia. (Xinhua/RDIF)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio, mengatakan, Virus Corona yang terdeteksi di Malaysia dan disebut 10 kali lebih menular belum ditemukan di Indonesia.

"Sampai saat ini belum ditemukan di virus-virus yang ada di Indonesia. D614G itu belum ada," kata Prof Amin saat dihubungi Health Liputan6.com pada Rabu, 19 Agustus 2020.

Namun, Prof Amin tak bisa menyebut mutasi Virus Corona D614G tidak ada di Indonesia, "Kita belum tahu, karena kan virusnya enggak cuma 15, seperti yang sudah kita laporkan, tapi ada yang lain-lainnya."

Akan tetapi dari 15 tipe Virus Corona hasil penelitian Whole Genome Sequencing (WGS), yang Amin dan rekan-rekan Eijkman pelajari, tidak ditemukan adanya mutasi Virus Corona D614G.

Lagipula, lanjut Prof Amin, mutasi Virus Corona yang menyebabkan lebih cepat menular itu baru diamati di laboratorium, "Jadi, belum ditemukan pada kasus-kasus manusia."

 

Simak Video Berikut

Mutasi Virus Corona D614G Memengaruhi Pengembangan Vaksin COVID-19?

Lantas, apakah mutasi Virus Corona penyebab COVID-19 ini berpengaruh ke pengembangan vaksin dan dikhawatirkan membuatnya tak efektif, Prof Amin, mengatakan, tidak sama sekali.

Menurut Amin, virus SARS-CoV-2 menempel pada manusia melalui reseptor ACE2 dengan menggunakan spike protein dan receptor-binding domain (RBD) atau domain pengikat reseptor.

Untuk kasus ini, Amin, mengatakan, RBD tidak memengaruhi ikatan protein spike itu ke reseptor manusia.

"Dan, biasanya, vaksin itu yang diarah juga RBD tadi. Jadi, adanya mutasi itu tidak memengaruhi pengembangan vaksin," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya