Ketua Satgas COVID-19 IDI Cerita Pengalaman Tes Corona sampai 5 Kali, Pertama Kali Bayar Jutaan

Ketua Satgas COVID-19 IDI menceritakan dirinya tes Corona sampai 5 kali.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 23 Agu 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 23 Agu 2020, 20:00 WIB
Pemeriksaan Sampel Tes PCR Covid-19 di Labkesda DKI Jakarta
Tim medis memberikan label pada tabung sampel sebelum diuji di laboratorium pemeriksaan Covid-19 di Labkesda DKI Jakarta, Selasa (4/8/2020). Labkesda DKI yang berjejaring dengan 47 lab se-Jakarta dalam sehari mampu menguji hampir 10.000 spesimen Covid-19 dengan metode PCR (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta "Menghadapi pasien-pasien yang terpapar COVID-19, membuat saya harus sering tes Corona." Ungkapan tersebut disampaikan Ketua Satuan Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban.

"Saya tes COVID-19 sampai lima kali karena usia saya juga sebentar lagi 74 tahun. Sebenarnya, saya tidak merawat pasien di ruang COVID-19 (isolasi dan perawatan). Hanya saja pasien-pasien saya akhirnya banyak yang dirawat di ruang COVID-19 (terpapar Corona)," cerita Zubairi saat dialog virtual, ditulis Minggu (23/8/2020).

"Jadi, ketemu pasien (yang akhirnya terpapar) COVID-19 ini membuat saya harus sering diperiksa."

Ia mengingat, pertama kali tes Corona PCR pada 2 - 3 bulan lalu. Pada waktu itu, Zubairi harus membayar sekitar Rp1,2 juta dan menunggu hasil pemeriksaan seminggu.

"Kira-kira 2-3 bulan yang lalu saya tes awal-awal. Waktu itu tidak mudah ya. Harus daftar dulu dan penuh. Lalu harus nunggu tiga hari, baru bisa tes dan bayar sekitar Rp1,2 juta. Iya, saya masih lumayan ingat itu," tuturnya sembari tersenyum.

"Hasilnya pun menunggu seminggu. Ada teman saya yang baru keluar hasilnya 10 hari. Memang lama sekali nunggu hasilnya."

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

Perbaikan Tes Corona

Pemeriksaan Sampel Tes PCR Covid-19 di Labkesda DKI Jakarta
Tim medis memasukkan sampel ke dalam mesin PCR di laboratorium pemeriksaan Covid-19 di Labkesda DKI Jakarta, Selasa (4/8/2020). Labkesda DKI yang berjejaring dengan 47 lab se-Jakarta dalam sehari tercatat mampu menguji hampir 10.000 spesimen Covid-19 dengan metode PCR. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Selain PCR, Zubairi juga mengikuti rapid test dan hasilnya reaktif. Pemeriksaan rapid test terbilang cepat. Cukup menunggu satu jam.

"Waktu itu, saya rapid test dan harus bayar Rp30.000. Ada juga maksimal Rp100.000 - Rp200.000," lanjutnya.

Seiring waktu, laporan pasien yang terpapar COVID-19 kian ditemukan. Rumah sakit di Jakarta tempat Zubairi bekerja (tidak menyebut nama rumah sakit) melaporkan adanya pasien COVID-19 ke Dinas Kesehatan.

"Kami lapor ke dinas kesehatan. Mulai saat itu, pemeriksaan COVID-19 (PCR, rapid test) gratis (untuk tenaga kesehatan). Hasilnya juga cepat. Terakhir kali beberapa waktu lalu, saya juga tes swab PCR lagi," tambah Zubairi, yang juga dokter spesialis penyakit dalam.

"Waktu itu pemeriksaan gratis dari Dinas Kesehatan. Saya total tiga kali tes swab PCR (dua kali rapid test). Yang pertama itu saya harus bayar R1,2 juta. Tes swab berikutnya, gratis dan cepat dikerjakan. Begitu lapor ada pasien kena COVID-19, dua hari kemudian saya dites dan hasilnya cepat keluar.

Zubairi melihat ada perbaikan dalam tes COVID-19 yang semakin cepat dikerjakan.

 

3 Kali Swab, 3 Kali Rapid Test

FOTO: Jelang New Normal, Pegawai KLY Jalani Rapid Test
Petugas medis merpikan sampel darah saat melakukan rapid test pegawai PT KapanLagi Youniverse (KLY) di Senayan City, Jakarta, Kamis (4/6/2020). Jelang new normal, seluruh pegawai KLY menjalani rapid test guna menekan penyebaran virus corona COVID-19. (merdeka.com/Imam Buhori)

Cerita soal pengalaman tes Corona juga dituturkan Koordinator Uji Klinis Vaksin COVID-19 Kusnandi Rusmil. Ia sudah tes swab PCR dan rapid test masing-masing tiga kali.

"Iya, totalnya 6 kali saya tes Corona. Awal-awal tes Corona itu, saya pergi ke daerah yang lingkungannya masih satu kantor. Ternyata daerah itu jadi pusat penyebaran COVID-19. Ya, saya langsung diswab di rumah sakit," ujar Kusnandi.

"Waktu itu, kebetulan pas malam-malam. Pas saya mau tes swab, ada yang bilang, 'Dok Dok, kok ini tesnya mahal juga ya (tidak menyebut harga).' Saya bilang, 'Biarin aja. Saya pengen tahu kok. Dia terus bilang juga, 'Tapi hasilnya enggak bisa langsung keluar.' Saya jawab enggak apa-apa."

Untuk tes Corona berikutnya sudah ada yang gratis, sehingga Kusnandi tidak membayar lagi.

"Di rumah sakit tempat saya bekerja, Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Kalau petugas mau periksa swab, ada waktu-waktu tertentu. Kita bisa periksa gratis," lanjutnya yang seorang dokter spesialis anak klinis.

"Tapi ada juga waktu-waktu tertentu yang kalau kita mau tes ya bayar. Umpamanya, jangka waktu tes PCR gratis itu dibuka seminggu atau dua minggu sekali. Tapi kan kalau kita ragu-ragu, lebih baik tetap periksa lagi (tidak menunggu tes gratisan)."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya