Cegah Hipoksia, Pasien Tanpa Gejala COVID-19 Disarankan Lakukan Pemeriksaan Lanjutan

Walau dinyatakan positif COVID-19 tanpa merasakan gejala, dokter paru menyarankan seseorang tetap melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mencegah kondisi seperti hipoksemia atau hipoksia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 08 Sep 2020, 13:00 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2020, 13:00 WIB
Penyebab Penyakit Pneumonia
Ilustrasi Hasil Scan Penyakit Penderita Paru-Paru Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Seseorang disarankan untuk tetap melakukan pemeriksaan lebih lanjut setelah dinyatakan positif COVID-19 lewat tes usap meski tak bergejala.

Menurut dokter spesialis paru Agus Dwi Susanto, pemeriksaan lengkap dilakukan untuk mengetahui lebih jauh soal derajat COVID-19 yang pasien alami. Selain itu, guna mencegah kondisi lain seperti hipoksemia dan happy hypoxia.

Hipoksia berarti suatu kondisi kurangnya oksigen di jaringan tubuh seseorang. Sementara hipoksemia terjadinya penurunan kadar oksigen dalam darah yang apabila berlanjut dan membuat kurangnya oksigen dalam jaringan, menjadi hipoksia.

"Penentuan derajat tanpa gejala, ringan, sedang, berat, kritis itu ditentukan berdasarkan gejala yang didapat oleh pasien COVID ditambah gambaran radiologi sama pemeriksaan oksigen darah, kalau berdasarkan kriteria dari WHO maupun Kementerian Kesehatan," kata Agus kepada Health Liputan6.com lewat sambungan telepon ditulis Selasa (8/9/2020).

Agus menambahkan, apabila seseorang bergejala batuk, pilek, sakit kepala namun tanpa pneumonia, derajat penyakitnya bisa dimasukkan dalam kategori ringan. Sementara apabila sudah ada pneumonia namun belum ada gangguan oksigen dalam darah, maka pasien bisa dimasukkan dalam derajat sedang.

"Sedangkan kalau berat apabila sudah ada pneumonia luas di kanan-kiri dan terjadi gangguan oksigenasi, oksigennya rendah dan terjadi hipoksemia. Sementara kalau kritis apabila sudah terjadi hipoksemia yang luas, infeksinya juga sudah luas sehingga terjadi kegagalan pernapasan atau kegagalan fungsi-fungsi organ," kata Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia ini.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini

Pentingnya Pemeriksaan oleh Dokter

[Fimela] Paru
Paru-paru | unsplash.com/@averey

Agus mengatakan, kondisi hipoksemia bisa dideteksi dengan lebih cepat apabila pasien yang positif COVID-19 melakukan pemeriksaan lengkap seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

"Jadi kalau misalnya seseorang kontak dengan kasus terkonfirmasi (COVID-19) kemudian disuruh swab, positif, 'Saya tidak ada gejala tetapi swab saya positif' kemudian sebaiknya saran saya, ke dokter dulu, lakukan cek lebih detil apakah saya memang murni tidak ada gejala, laboratorium bagaimana, rontgen bagaimana," kata Agus.

Ia menjelaskan, meski tak bergejala namun ditemukan pneumonia atau terjadi hipoksemia, maka derajat penyakit tak bisa lagi dimasukkan dalam kategori tanpa gejala.

"Ketika diobservasi nanti akan diberikan oksigen meskipun tidak ada keluhan, tetapi kadar darahnya kan rendah."

"Kalau dia dibiarkan keterusan hipoksemia tetapi tidak ada keluhan, organ-organ akan mengalami kerusakan pelan-pelan karena kadar oksigen darahnya rendah berhari-hari. Begitu derajatnya naik karena mulai timbul keluhan, itu saturasinya sudah rendah banget."

Ia mengatakan, deteksi dini bisa memperbesar potensi tertolongnya nyawa pasien karena masalah hipoksemia bisa ditangani apabila pertolongannya tidak terlambat.

"Jadi yang terpenting adalah deteksi dini, mengenali derajat dari COVID-19 yang kita temukan pada seseorang itu yang paling penting. Jadi pesan saya adalah lakukan deteksi dini, periksakan ke tenaga medis, kalau Anda terkena COVID, 'apakah saya benar-benar tanpa gejala?' Kalau itu yang menentukan adalah tenaga medis."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya