Liputan6.com, Jakarta Pasien yang mengalami fenomena long COVID-19 dapat dideteksi dengan pemeriksaan fisik, radiologi, sampai laboratorium. Long COVID-19 yakni suatu kondisi ketika pasien COVID-19 mengalami gejala penyakit ini hingga berbulan-bulan.
Dokter Spesialis Patologi Klinik Primaya Hospital Bekasi Timur, Muhammad Irhamsyah menerangkan cara mendeteksi pasien yang mengalami long COVID-19. Dari tahapan wawancara, pemeriksaan fisik, riwayat penyakit sebelumnya, hingga pemeriksaan penunjang oleh dokter-dokter ahli.
Advertisement
"Tahap wawancara, pasien menyampaikan keluhan terkait gejala-gejala yang dialami setelah dirawat dan diterapi di rumah sakit sebagai pasien terinfeksi COVID-19," terang Irhamsyah melalui keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, ditulis Senin (2/11/2020).
“Kemudian pasien dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan radiologi paru serta laboratorium. Dari pemeriksaan laboratorium pun kita harus memeriksa parameter-parameter laboratorium, yakni pemeriksaan darah lengkap, penanda proses peradangan dan infeksi, penanda enzim jantung, hingga pemeriksaan molekuler."
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Tentukan Diagnosis Pasti
Serangkaian pemeriksaan deteksi COVID-19 untuk menentukan diagnosis pasti, apakah pasien mengalami gejala long COVID-19 atau tidak. Gejala umum long COVID-19 bisa bervariasi, seperti rasa lelah berlebihan, gangguan napas, nyeri sendi, dan nyeri dada.
"Pemeriksaan penunjang ini berperan sangat penting untuk membantu klinisi, apakah gejala yang dialami pasien adalah gejala long COVID-19 atau tidak,” lanjut Irhamsyah.
Dokter spesialis paru Primaya Hospital Karawang, Nurhayati menambahkan, long COVID-19 berkaitan dengan pengalaman psikis yang dialami selama sakit. Pengalaman itu terkadang masih dirasakan setelah pasien sembuh.
Penelitian juga menemukan, COVID-19 yang dialami pasien berkaitan dengan seberapa parah kondisi kerusakan organ yang terjadi.
“Penelitian menemukan, penyakit yang ditimbulkan oleh virus Sars-CoV-2 ini bergantung seberapa berat kerusakan organ yang dialami oleh pasien, sehingga ada potensi pasien yang mengalami gejala berkelanjutan (long COVID-19) akan melalui proses perbaikan organ tubuh yang memakan waktu lama,” pungkas Irhamsyah.
Terkait long COVID-19, peneliti Eropa sedang mendalami fenomena tersebut. Indonesia, kata Irhamsyah, sebaiknya juga perlu mewaspadainya
"Ini karena COVID-19 adalah virus yang dianggap sangat berbahaya dan dapat mengganggu kualitas hidup seseorang, terutama fisik maupun mental. Program penanganan pasca terkena COVID-19 dapat berkontribusi mendukung masyarakat Indonesia dalam menjalankan aktivitas secara produktif dan optimal di kehidupan sehari-hari pasca terinfeksi COVID-19," tutupnya.
Advertisement