Liputan6.com, Jakarta Meski sejumlah pihak tengah gencar menyiapkan vaksin COVID-19, masyarakat diharapkan tak lengah untuk tetap waspada dan patuh menjalankan protokol kesehatan. Individu yang sudah terinfeksi dan kemudian sembuh, tidak berarti kebal dari virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.
"Kalau kita beruntung mendapat imunisasinya dari COVID-19 jangan ditolak. Harus bersyukur kalau kita dapat vaksin ini,” ungkap pakar Imunisasi Indonesia dr. Jane Soepardi MPH. dalam Dialog Juru Bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru bertema ‘Tata Laksana Vaksinasi di Indonesia’ di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Senin (23/11/2020).
Baca Juga
Dari berbagai pengalamannya melakukan imunisasi selama puluhan tahun, Jane sepakat bahwa vaksin adalah upaya pamungkas untuk menghentikan penyebaran COVID-19 dan membentuk kekebalan komunal.
Advertisement
“Pengetahuan para ilmuwan saat ini masih sangat terbatas mengenai COVID-19, selalu saja ada yang baru. Kita tidak tahu, misalnya kalau sekarang kita kena COVID-19 dan kebetulan sembuh, kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,” ujarnya.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Masyarakat Jangan Lengah
Jane mengingatkan masyarakat agar tak acuh pada upaya penyediaan vaksin COVID-19 terkait dengan penanganan wabah yang tengah dilakukan Pemerintah. Ia juga meminta agar masyarakat jangan lengah dengan beranggapan bahwa COVID-19 hanya akan sekali mengidap tubuh manusia yang sudah tertular.
Jane mencontohkan pada penyakit infeksi cacar air. Penyakit itu tidak hilang, namun malah mengganas seiring bertambahnya umur seseorang. “Sebagai contoh kita kena cacar air waktu kecil, sembuh. Ternyata virus cacar itu tidur di ganglion saraf. Nanti mungkin 15-20 tahun lagi, tiba-tiba waktu kondisi kita jelek, muncul yang namanya Herpes Zooster (cacar ular) yang sangat sakit,” terangnya.
Pakar vaksinasi ini juga menambahkan, infeksi virus Corona ini sangat cepat. Karena itu dia mengimbau agar masyarakat tak sembrono dan peduli dengan ketersediaan vaksin nantinya.
“Masyarakat juga harus tahu betul vaksin dengan obat itu tidak sama, berbeda sama sekali. Membuat vaksin itu jauh lebih susah daripada membuat obat. Sudah jadi pun vaksinnya, untuk bisa diterima, itu syaratnya jauh lebih sulit daripada obat. Karena vaksin itu akan diberikan pada orang sehat. Obat itu diberikan kepada orang yang sudah sakit,” terangnya sambil menambahkan vaksin itu hanya bisa diberikan apabila telah terbukti kalau orang sehat yang diberi vaksin tetap sehat. "
Jadi punya kekebalan,” ucapnya.
Advertisement
Mencegah Lebih Baik dari Mengobati
Sementara itu, Jubir Satgas COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr. Reisa Broto Asmoro turut menambahkan dalam situasi wabah penyakit COVID-19 ini, lebih baik melakukan upaya pencegahan daripada mengobati.
Dan meskipun nantinya vaksin telah tersedia, Reisa meminta agar masyarakat tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan.
“Kalau kita bisa dapat imunisasi spesifiknya dari vaksin, kenapa harus sakit. Dan kita harus tetap ingat, kita harus tetap disiplin menjaga diri sendiri dan orang lain. Minimal 3M, memakai masker dengan baik dan benar, menjaga jarak aman minimal 1 meter, kemudian mencuci tangan dengan rutin sesering mungkin, idealnya dengan sabun dan air mengalir, minimal 20 detik,” tutupnya.