Liputan6.com, Jakarta Lebih dari dua ribu pekerja pabrik pembuat sarung tangan karet terbesar di dunia terinfeksi COVID-19. Kondisi ini dikhawatirkan mengganggu pasokan dari pabrik yang terletak di Malaysia tersebut.
Mengutip CBS News, perusahaan sarung tangan tersebut, Top Glove Corp. mengatakan bahwa mereka telah menghentikan sementara produksi di 16 pabrik di Klang sejak 17 November untuk melakukan skrining COVID-19 pada pekerjanya.
Baca Juga
Sementara pada Senin, pemerintah meminta agar 28 pabrik di Klang ditutup agar para pekerjanya dapat melakukan skrining.
Advertisement
Pemerintah menyebutkan, hingga Rabu waktu setempat, sebanyak 2.684 pekerja dinyatakan positif COVID-19. Selain itu, 5.795 orang telah diperiksa.
Dikutip dari Sky News, Top Glove mengatakan bahwa kebanyakan dari mereka yang terinfeksi virus corona tidak mengalami gejala.
Top Glove mengatakan bahwa mereka memproduksi sekitar 90 miliar sarung tangan karet dalam setahun. Ini setara dengan sekitar seperempat pasokan dunia, dan diekspor ke 195 negara.
Mereka melaporkan, keuntungan Top Glove melonjak karena meningkatnya permintaan akibat pandemi COVID-19.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Tak Ada Produk yang Tercemar
"Kami memperkirakan penundaan dalam beberapa pengiriman sekitar dua hingga empat pekan, serta waktu tunggu yang lebih lama untuk pemesanan," kata Top Glove dalam sebuah pernyataan.
"Untuk meminimalkan dampak pada pelanggan, kami mengalokasikan pesanan penjualan ke pabrik yang tidak terpengaruh dan menjadwalkan pengiriman ulang jika memungkinkan."
Perusahaan juga membantah adanya produk yang terkontaminasi COVID-19. Mereka juga mengatakan bahwa sejauh ini, tidak ada pembatalan pemesanan.
Lim Wee Chai, chairman dari Top Glove juga mengatakan bahwa tahap produksi seluruhnya dilakukan secara otomatis, dan staf pengemasan sudah memakai masker, alat pelindung, dan tidak berkontak langsung dengan produk.
Malaysian Rubber Glove Manufacturers Association di sisi lain, membantah kasus tersebut akan menyebabkan terganggunya pasokan.
Selain di Malaysia, Top Glove juga memiliki lebih dari 40 pabrik lain di negara seperti Thailand, China, dan Vietnam, dengan puluhan ribu pekerja.
Advertisement