Tidur Terganggu karena Sering Buang Air Kecil, Pasien Diabetes Harus Waspada Nokturia

Nokturia dapat menjadisalah satu gejala diabetes yang tidak terkontrol, atau salah satu gejala pada pasien yang sebelumnya tidak tahu bahwa dirinya mengidap penyakit tersebut

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 20 Des 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 20 Des 2020, 20:00 WIB
Risiko Diabetes
Ilustrasi Diabetes Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Berbagai masalah kesehatan haruslah diwaspadai orang dengan kondisi diabetes melitus (DM). Salah satunya adalah terganggunya tidur akibat sering terbangun untuk buang air kecil atau nokturia.

Nokturia dapat didefinisikan sebagai berapa kali seseorang berkemih dalam periode tidur utamanya, saat seseorang terbangun dari tidurnya untuk berkemih pertama kali dan setiap berkemih selanjutnya harus diikuti tidur atau keinginan untuk tidur.

"Prevalensi nokturia pada penyandang DM tipe 2 dilaporkan berkisar 55 sampai 80 persen, sedangkan nokturia berat sebesar 25 persen," kata Dyah Purnamasari, Staf medis Divisi Metabolik Endokrin dan Diabetes, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM.

Dalam sebuah temu media beberapa waktu lalu, ditulis Minggu (20/12/2020), Dyah mengatakan bahwa kejadian dan derajat keparahan nokturia dapat meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan adanya kandung kemih yang overaktif.

Dalam penjelasannya, Dyah mengatakan bahwa nokturia merupakan salah satu gejala diabetes yang tidak terkontrol, atau salah satu gejala pada pasien yang sebelumnya tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit tersebut.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Dapat Mengganggu Kualitas Tidur

Menurut Dyah, nokturia bagi penyandang diabetes adalah kondisi yang serius dan tidak boleh disepelekan.

"Sudah pasien diabetes berisiko penyakit pembuluh darah di antaranya jantung juga meningkat, ditambah dengan kita tahu, nokturia sendiri, meski tanpa diabetes, dia juga menimbulkan dampak yang kurang baik," kata Dyah.

Beberapa dampak nokturia sendiri misalnya terganggunya dan penurunan kualitas tidur, hingga meningkatnya risiko kematian.

Maka dari itu, bagi penyandang diabetes melitus, penatalaksanaan nokturia memerlukan pendekatan yang komprehensif, mulai dari mengatasi penyakit dasar, evaluasi penyakit penyerta, atau obat-obatan yang memudahkan kejadian nokturia.

"Kendali glukosa yang tidak baik akan meningkatkan pengeluaran glukosa lewat urin (glukosuria) dan menyebabkan poliuria (nokturia)," kata Dyah.

 

Memeriksa Penyebab Lain

Ilustrasi Toilet
Ilustrasi buang air kecil (pixabay.com)

"Selain itu kendali glukosa yang buruk akan memudahkan penyandang DM menderita infeksi saluran kemih yang mencetuskan poliuria (nokturia)," ia menambahkan.

Di sini, mencapai kendali glikemik agar optimal menjadi salah satu target dari tata laksana nokturia pada penyandang diabetes melitus.

Namun nokturia pada penyandang diabetes juga belum tentu dikarenakan gula darah yang tidak terkontrol. Dyah mengatakan bahwa tetap perlu dicari kemungkinan penyebab lainnya dari masalah tersebut.

Ia mengatakan bahwa terkadang, penyandang diabetes yang memiliki gula darah yang terkontrol pun tetap bisa mengalami nokturia. "Kita harus lihat karena ternyata banyak faktor. Harus kita singkirkan, harus kita cari pada pasien."

Beberapa faktor yang mungkin diperiksa misalnya riwayat stroke yang menyebabkan gangguan di otot-otot saluran kemih, ada tidaknya gangguan fungsi ginjal, hipertensi, atau penggunaan obat tertentu.

"Kendali glikemik yang buruk merupakan salah satu penyebab nokturia tersering pada DM, tapi jangan lupa, pada diabetes tidak cuma gula darah tinggi saja penyebabnya. Ada penyebab lain yang juga harus dievaluasi dan kita tata laksana dengan memadai."

Infografis 4 Tips Penderita Diabetes Hindari Penularan Covid-19

Infografis 4 Tips Penderita Diabetes Hindari Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 4 Tips Penderita Diabetes Hindari Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya