Strain Baru Virus Corona COVID-19 Dilaporkan di Inggris, Belum Terbukti Berpengaruh ke Vaksin

Inggris sebelumnya melaporkan adanya varian baru dari strain virus corona penyebab COVID-19, yang beredar di negara tersebut

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 21 Des 2020, 22:03 WIB
Diterbitkan 20 Des 2020, 13:00 WIB
Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (kuning) muncul dari permukaan sel (merah muda) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Liputan6.com, Jakarta Inggris melaporkan adanya strain baru dari virus corona penyebab COVID-19. Hingga 13 Desember 2020, dilaporkan 1.108 kasus dengan varian ini yang diidentifikasi, terutama di Inggris Selatan dan Timur.

Varian SARS-CoV-2 ini diberi nama "VUI-202012/01" atau "First Variant Under Investigation in December 2020."

Dalam laman gov.uk, dikutip Minggu (20/12/2020), Public Health England (PHE) melaporkan bahwa per 13 Desember 2020, sebanyak 1.108 kasus dengan varian strain ini telah diidentifikasi, terutama di Inggris Selatan dan Timur.

PHE mengatakan bahwa mereka bekerja sama dengan mitranya, untuk meneliti dan akan melaporkan temuannya tersebut dalam dua pekan ke depan.

Dalam pernyataannya, PHE menyebut bahwa varian ini termasuk mutasi pada protein spike. Perubahan pada bagian tersebut berpotensi menyebabkan virus corona menjadi lebih menular dan menyebar lebih mudah di antara manusia.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Pengaruhi Vaksin?

Virus Corona COVID-19 dari Mikroskop
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (oranye) muncul dari permukaan sel (abu-abu) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Dalam pernyataannya, Chief Medical Officer Chris Whitty juga mengatakan bahwa mereka telah melaporkan temuan itu ke World Health Organization (WHO), serta terus menganalisis data yang tersedia untuk meningkatkan pemahaman mereka.

"Tidak ada bukti saat ini yang menunjukkan bahwa strain baru menyebabkan tingkat kematian yang lebih tinggi atau mempengaruhi vaksin dan perawatan, meskipun pekerjaan mendesak tengah dilakukan untuk mengonfirmasi hal ini," kata Whitty.

Hal ini juga diamini oleh Susan Hopkins, Tes and Trace and PHE Joint Medical Advisor dalam pernyataannya.

"Belum ada bukti bahwa strain baru dari virus corona SARS-CoV-2 itu akan berdampak pada keparahan penyakit, respon antibodi, atau kemanjuran vaksin," kata Hopkins "meskipun terdeteksi di geografis yang luas terutama di mana ada peningkatan kasus terdeteksi."

Hopkins juga menegaskan bahwa untuk saat ini, cara terbaik menghentikan infeksi COVID-19 adalah tetap mematuhi protokol kesehatan dengan mencuci tangan, menjaga jarak dengan orang lain, dan memakai masker.

Dalam unggahan di Twitter resminya, WHO juga telah berkontak dengan pemerintah Inggris terkait varian baru virus corona COVID-19.

"Kami akan melanjutkan membagikan informasi dan hasil dari analisa dan studi mereka yang tengah berlanjut," tulis WHO. Mereka juga kembali mengimbau masyarakat untuk mencegah penyebaran COVID-19 dan mengikuti petunjuk di negaranya masing-masing. 

 

Infografis Mutasi Virus Corona Lebih Jinak, Bisa Berubah Ganas di Indonesia?

Infografis Mutasi Virus Corona Lebih Jinak, Bisa Berubah Ganas di Indonesia? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Mutasi Virus Corona Lebih Jinak, Bisa Berubah Ganas di Indonesia? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya