Liputan6.com, Jakarta Angkatan kerja pernah mengalami stunting, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menegaskan, dampak yang terjadi, salah satunya Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi tidak terlalu kompetitif. Terlebih lagi angka stunting masih tinggi.
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia 2019, persentase angka stunting masih sebesar 27,67 persen. Artinya, 1 dari 4 balita di Indonesia mengalami stunting. Penurunan target stunting yang telah ditetapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yaitu 14 persen pada 2024.
Advertisement
"Saya memberikan penekanan tentang penurunan stunting. Kenapa? Karena stunting kita masih tinggi sekali. Padahal, stunting ini salah satu faktor yang memicu SDM kita tidak terlalu kompetitif," terang Muhadjir dalam dialog virtual Membangun Keluarga Berkualitas, Senin (21/12/2020).
"Kemudian tidak memiliki kemampuan yang memadai, tingkat kompetisinya belum baik. Ini karena masih banyaknya mereka yang dulu masa kecilnya mengalami stunting."
Data World Bank menunjukkan, sekitar 54 persen angkatan kerja di Indonesia adalah mantan stunting.
"Kita tahu bahwa siapapun yang pernah mengalami stunting, berarti perkembangannya sudah tidak bisa maksimal apapun intervensinya ketika usia dini, masuk sekolah, hingga perguruan tinggi. Mungkin juga tidak bisa masuk perguruan tinggi," lanjut Muhadjir.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Stunting dan Pembangunan Keluarga
Upaya untuk mengatasi stunting sehingga mewujudkan angkatan kerja yang kompetitif dan berdaya saing dengan pembangunan keluarga yang terencana dan baik. Upaya hal itu termasuk peran dan tanggung jawab Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
"Saya sangat memberikan apresiasi yang tinggi atas gagasan cerdas dari BKKBN untuk menetapkan atau menerapkan indeks pembangunan keluarga. Dengan begitu, pembangunan manusia dan kebudayaan Indonesia akan lebih terukur, terutama dari sisi pembangunan keluarganya," kata Muhadjir.
Ketika berbicara tentang pembangunan manusia dan kebudayaan, lanjut Muhadjir, tidak bisa lepas dari keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari sebuah masyarakat, bangsa, dan negara.
Kalau keluarga bagus, asumsinya bangsa, masyarakat, negaranya juga bagus.
"Sebaliknya, kalau keluarganya tidak bagus, sebagian besar masyarakat atau suatu negara rusak. Jadi, membangun keluarga itu harus dimulai dengan pendidikan berkeluarga," pungkas Muhadjir.
Membangun keluarga yang memerhatikan pada gizi dan kesehatan anak.
Advertisement