Liputan6.com, Washington - Rumah duka di wilayah California Selatan yang menjadi hot spot penyebaran Virus Corona penyebab COVID-19 di Amerika Serikat (AS), terpaksa menolak datangnya jenazah baru karena telah kehabisan ruangan.
Kepala Asosiasi Direktur Pemakaman Negara Bagian California, Bob Achermann, mengatakan, telah terjadi penumpukan jenazah karena melonjaknya angka kematian akibat COVID-19 yang mencapai 350.000 kasus.
Baca Juga
Achermann juga menyebut bahwa seluruh proses penguburan dan kremasi jenazah telah melambat, termasuk pembalseman jenazah dan prosen untuk mendapatkan sertifikat kematian.
Advertisement
Menurutnya, pada hari-hari normal, kremasi mungkin dilakukan dalam satu atau dua hari, tapi sekarang dibutuhkan setidaknya satu minggu atau lebih.
"Di bagian selatan, setiap rumah duka yang saya ajak bicara mengatakan, 'Kami bergerak secepat yang kami bisa," ujar Achermann dikutip dari situs APnews pada Senin, 4 Januari 2021.
“Volumenya luar biasa banyak, dan mereka khawatir tidak bisa menampung, dan dampak terburuk dari lonjakan mungkin masih bisa terjadi di depan kita," dia menambahkan.
Â
Simak Video Berikut Ini
Kondisi di Negara Bagian Lain
Sementara itu, pemilik salah satu rumah duka di Los Angeles, Magda Maldonado, mengatakan, rumah dukanya dalam sehari melakukan pemakaman 30 jenazah. Angka tersebut merupakan enam kali lipat dari hari-hari normal.
Magda juga menyebut bahwa pemilik rumah duka akan menelepon satu sama lain untuk mengetahui apakah ada ruang untuk jenazah lain, dan jawabannya selalu sama, rumah duka tersebut juga penuh.
"Saya telah berkecimpung di industri pemakaman selama 40 tahun dan tidak pernah dalam hidup saya, berpikir ini bisa terjadi. Bahwa saya harus memberi tahu keluarga, 'Tidak, kami tidak bisa membawa anggota keluarga Anda'," ujar Magda.
Untuk diketahui, berdasarkan data pada Minggu, 3 Januari 2021, Amerika Serikat mencatat lebih dari 20,6 juta kasus COVID-19, dengan kematian lebih dari 351 ribu kasus.
Negara bagian California masih menjadi penyumbang kasus positif COVID-19 tertinggi dengan 2,4 juta kasus dan 26.544 kematian.
Advertisement