Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, anemia pada remaja perlu mendapat perhatian. Anemia pada remaja perempuan yang tidak ditangani, kelak bisa berisiko lahirkan bayi stunting.
Tak hanya itu saja, remaja yang mengalami anemia cenderung akan merasa lemah dan lemas, sehingga malas dan lambat dan beraktivitas, termasuk dalam menyelesaikan masalah.
Advertisement
“Kalau saat masa remaja sudah memiliki anemia, maka berpeluang menderita anemia saat hamil (setelah menikah). Kondisi ini akan semakin buruk sebab pada saat hamil dibutuhkan gizi yang lebih banyak,” kata Muhadjir saat dialog Remaja Bebas Anemia dan Stunting Kunci Masa Depan, ditulis Rabu (27/1/2021).
"Jika tidak ditangani akan berisiko terjadinya pendarahan saat persalinan, maka bayi berat badan lahir rendah. Akhirnya, melahirkan bayi stunting."
Anemia merupakan salah satu dari tiga beban masalah gizi di Indonesia, selain malnutrisi dan obesitas. Anemia terjadi akibat kondisi kekurangan zat besi, yang mana tidak hanya menjadi masalah bagi Indonesia, melainkan banyak dialami negara-negara di Asia.
Menurut Muhadjir, perlu semangat dan dukungan dari semua pihak untuk mengatasi persoalan stunting sekaligus kekurangan gizi, termasuk anemia. Intervensi melalui sosialisasi dari tingkat sekolah harus dilakukan agar remaja Indonesia, khususnya remaja putri.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Remaja Harus Perhatikan Asupan Gizi
Remaja putri perlu memahami pentingnya menjaga asupan gizi untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik.
“Kita tahu banyak remaja putri yang menjalani diet berlebih tanpa mereka tahu hal itu bisa berdampak fatal. Bahkan dampaknya terbawa sampai mereka hamil nanti," tutur Muhadjir dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com.
"Ini yang sebetulnya perlu kita cegah dengan memberikan mereka pemahaman dan penekanan agar mereka mengubah perilaku diet sehingga tidak berdampak pada jangka panjang."
Muhadjir menekan, hal di atas sangat penting agar ke depan Indonesia mampu meraih bonus demografi. Bukan hanya jumlah angkatan kerja yang tinggi, tetapi produktivitas dan kualitasnya juga mampu bersaing karena memiliki tingkat kecerdasan yang mumpuni untuk menjadi generasi emas Indonesia pada tahun 2045 mendatang.
Advertisement