Liputan6.com, Jakarta Langkah menghadapi lonjakan COVID-19 yang termasuk penting, yaitu penguatan upaya 3T (testing, tracing, treatment) juga pelayanan kesehatan primer. Dalam hal ini, tak hanya semata-mata menambah kapasitas rumah sakit saja.
Menilik situasi perkembangan COVID-19, Direktur Utama PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation (PBM IHC) Fathema Djan Rachmat menyampaikan, saat ini Bed Occupancy Rate (BOR) rata-rata berada di angka 80-90 persen.
Advertisement
"Artinya, meski tambah terus ruang isolasi atau ICU di RS, BOR tetap tinggi dan naik. Kondisi ini menandakan memang terjadi peningkatan jumlah pasien yang terkena COVID-19 bertambah secara signifikan," jelasnya dalam rilis yang diterima Health Liputan6.com, Jumat (29/1/2021).
"Namun, penambahan pasien COVID-19 ini tidak hanya bisa direspons dengan peningkatan kapasitas dan kapabilitas rumah sakit saja. Justru yang harus kita lakukan lebih giat lagi adalah 3T-nya."
Â
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Penguatan Layanan Kesehatan Primer
Langkah selanjutnya dalam menghadapi lonjakan COVID-19, menurut Fathema, yakni bagaimana pelayanan di pelayanan kesehatan primer (primary healthcare) perlu penguatan serta bagaimana memastikan orang yang tertular (status kontak erat) sudah diisolasi terlebih dahulu, sebelum hasil tes COVID-19 keluar.
Kalau menunggu hasil tes baru dilakukan isolasi, maka sudah terlambat dalam hal pencegahan penularan virus Corona. Virus makin menyebar dan menular ke orang lain.
"Perlu dipahami bahwa testing, tracing, dan isolasi adalah langkah awal mengurangi jumlah hunian dirawat inap dan jumlah kematian pasien di ICU. Jadi, sebenarnya rumah sakit adalah garda atau terminal terakhir," jelas Fathema.
"Tapi yang disebut garda depan adalah primary healthcare, seperti puskesmas dan klinik-klinik yang perannya harus ditingkatkan."
Advertisement