Mengenal Frailty pada Lansia dan Dampaknya Terhadap Vaksinasi COVID-19

Kelompok usia lanjut atau sering disebut lansia adalah kelompok masyarakat dengan umur 60 tahun ke atas menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 23 Feb 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2021, 15:00 WIB
FOTO: Tenaga Kesehatan Lansia Jalani Vaksinasi COVID-19 Perdana di RSCM Jakarta
Petugas menyiapkan vaksin COVID-19 produksi Sinovac untuk disuntikkan kepada tenaga kesehatan saat kegiatan vaksinasi di RSCM di Jakarta, Senin (8/2/2021). Kementerian Kesehatan secara resmi memulai vaksinasi tenaga kesehatan di atas 60 tahun pada hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Kelompok usia lanjut atau sering disebut lansia adalah kelompok masyarakat dengan umur 60 tahun ke atas menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998.

Dr. dr. Kuntjoro Harimurti, Sp.PD-KGer, MSc dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (RSCM-FKUI) menjelaskan, dalam usia tersebut seseorang dapat mengalami berbagai perubahan akibat proses menua yang disebut juga sebagai frailty atau kerentaan.

Frailty adalah kondisi klinis di mana terdapat peningkatan kerentanan lansia untuk timbulnya ketergantungan dan/atau kematian ketika terpapar stressor (pemicu stres),” ujar Kuntjoro dalam seminar daring Geriatri TV, Minggu (21/2/2021).

Ia menambahkan, lansia yang renta atau frail mudah mengalami sakit hanya karena stressor yang ringan. Sakitnya dapat menjadi berat dan perlu dirawat di rumah sakit bahkan memiliki risiko kematian.

Secara sederhana, frailty merupakan suatu proses yang sejalan dengan menurunnya kapasitas fungsi tubuh pada proses menua.

Simak Video Berikut Ini

Dampak Terhadap Vaksinasi COVID-19

Menurut Kuntjoro, frailty secara otomatis dapat memengaruhi efektivitas vaksinasi COVID-19 pada lansia.

“Vaksinasi pada lansia ada beberapa hal khusus yang perlu kita perhatikan karena memengaruhi keefektifan vaksin.”

Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah usia, lanjutnya. Ketika usia sangat lanjut maka terjadi perubahan fungsi organ dan sistem organ akibat proses menua yang salah satunya terjadi di sistem imun. Akibat perubahan ini, respons tubuh terhadap vaksin pun biasanya akan berkurang, katanya.

“Hal berikutnya adalah komorbid atau penyakit yang tidak terkontrol, kemudian kalau dia mengonsumsi banyak obat (polifarmasi).”

Malnutrisi baik kekurangan gizi atau gizi berlebih (obesitas) juga turut memengaruhi efektivitas vaksin pada lansia. Ditambah, aktivitas fisik yang rendah serta mobilitas menurun.

“Kondisi-kondisi ini dalam dunia kedokteran khususnya geriatri disebut kerentaan (tua renta/frailty),” katanya.

Sebelumnya, ahli gerontologi (ilmu penuaan) dari FKUI/RSCM dr Siti Setiati, SpPD-KGer, vaksin Sinovac cukup aman bagi lansia, tapi tetap harus memerhatikan beberapa catatan.

“Catatannya adalah, tidak diberikan kepada mereka yang sudah rapuh, itu ada ukurannya. Contohnya, tidak sedang memiliki penyakit kronik yang sedang akut. Misal punya jantung koroner dan sedang serangan jantung, itu kan enggak bisa ya,” ujar Siti kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Senin (8/2/2021).

“Pada umumnya, kalau lansia itu sehat dan tidak memiliki kondisi-kondisi akut saat hendak divaksin, tentunya itu cukup aman,” tutupnya.

Infografis Tahapan Pendaftaran Vaksinasi COVID-19 untuk Lansia

Infografis Tahapan Pendaftaran Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tahapan Pendaftaran Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya