Liputan6.com, Jakarta - Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah menegaskan, setiap momen libur panjang terdapat peluang orang kumpul pada waktu dan tempat yang sama.
Dari pengalaman libur panjang setahun lalu, kenaikan kasus COVID-19 kerap terjadi pada 10-14 hari pasca liburan. Kasus aktif dan penambahan harian angka COVID-19 nasional naik.
Advertisement
"COVID-19 sudah berjalan selama setahun. Ada berapa poin (momen) waktu terjadinya kenaikan signifikan jumlah aksu aktif. Ini terjadi pada saat libur panjang selesai dua mingu setelahnya, antara 10-14 hari," terang Dewi di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Rabu (10/3/2021).
"Jadi, setiap kita selesai libur panjang, angka kasus COVID-19 naik. Sebenarnya yang jadi masalah bukan libur, tapi juga memberikan peluang untuk orang berkumpul dalam satu waktu dan tempat yang sama."
Situasi orang berkumpul pada tempat sama tatkala libur panjang berpotensi terjadi penularan virus Corona. Protokol kesehatan yang sudah ditetapkan bisa tidak berjalan baik.
"Sehingga untuk menjalankan protokol kesehatan tidak berjalan. Nah, ini waktu yang pas transmisi virus Corona menyebar," lanjut Dewi.
Â
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Mobilitas Saat Libur Panjang Punya Peran Penting
Dewi Nur Aisyah memaparkan, peningkatan kasus COVID-19 dari pengalaman libur panjang silam. Pada libur Juli-September 2020, kasus COVID-19 naik dari 55.000 jadi 112.000.Â
Libur panjang Oktober-November 2020, terjadi peningkatan menjadi 128.000 kasus COVID-19. Selanjutnya, libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 rentang Desember-Januari, kasus COVID-19 dari 128.000 meningkat sebesar 325.000 kasus.
Melihat hal itu, mobilitas masyarakat menjadi kunci menekan kasus COVID-19.
"Yang harus dipahami, peran masyarakat menjadi garda terdepan. Yang dibatasi adalah mobilitas. Ketika mobilitas tinggi, kasus COVID-19 bisa meningkat. Inilah yang harus kita lihat, tatkala ada momen orang memiliki potemsi berkerumun, jaga jarak sulit, terutama saat libur panjang," papar Dewi.
"Padahal, jaga jarak saja 85 persen kurangi penularan virus Corona, tapi ternyata hal itu sulit diterapka. Jadi, libur panjang, mobilitas berperan penting. Kepatuhan masyarakat 3M (pakai masker, cuci tangan, jaga jarak) menjadi kunci menentukan, apakah penularan berpotensi terjadi atau tidak."
Advertisement