Coronasomnia, Masalah Sulit Tidur Saat Pandemi COVID-19

Pada masa pandemi, muncul istilah baru gangguan tidur coronasomnia.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Mar 2021, 20:00 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2021, 20:00 WIB
Dampak Covid-19 mengakibatkan gangguan tidur/dok. Philips
Dampak Covid-19 mengakibatkan gangguan tidur/dok. Philips

Liputan6.com, Jakarta - Coronasomnia mungkin istilah yang asing di telinga tapi bisa jadi hal yang sedang dialami Anda. Konsultan pulmonologi dan ahli pengobatan tidur Rumah Sakit Fortis, Mulund, India dr. Anshu Punjabi menyebut coronasomnia sebagai peningkatan risiko insomnia yang menyebabkan orang sulit maupun terus terbangun pada malam hari.

"Para ahli menyebutnya coronasomnia, suatu kondisi yang disebabkan oleh stres yang dipicu oleh pandemi. Harap diperhatikan, bukan virus yang menyebabkannya, tetapi situasinya," kata Punjabi dikutip dari Indian Express.

Menurut praktisi kesehatan tidur, dr Andreas Prasadja RPSGT dari RS Mitra Keluarga Kemayoran Jakarta, coronasomnia tidak semata-mata terjadi karena stres akibat pandemi tetapi efek dari isolasi. Ia mengungkapkan, mayoritas aktivitas seseorang ketika terisolasi cenderung monoton dan didominasi dengan tidur

Selain itu, pencahayaan yang sama antara siang dan malam juga jadi pemicunya. Hal ini membuat irama sirkadian seseorang jadi tergangguu. Lalu, otak kebingungan dalam merespons sehingga menjadi sulit tidur.

“Insomnia itu baru gejala sama seperti demam. Penyakitnya bisa banyak lagi, yang paling banyak diderita itu psychophysiological insomnia, kemudian circadian rhythm disorder, delayed sleep phase, poor sleep habits,” kata Andreas dalam siaran langsung Instagram dalam memperingati Hari Kesehatan Tidur Sedunia (World Sleep Day) 2021.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak juga video berikut


Tidur Pengaruhi Daya Tahan Tubuh

Ingin Tidur dengan Nyenyak? Lakukan 4 Hal Berikut Ini
Ingin tidur dengan nyenyak dan berkualitas tanpa gangguan? Yuk kita intip 4 tips berikut ini. (iStockphoto)

Andreas mengungkapkan daya tahan tubuh manusia bekerja optimal pada saat tidur. Menurutnya, salah satu penelitian menunjukkan bahwa orang dengan efisiensi tidur yang buruk dalam satu minggu sebelum diekspos dengan virus flu, ketika terpapar virus tersebut tersebut maka akan jadi sakit.

Sleep efficiency normal itu 85 persen. Pada penelitian ini yang di bawah 92 persen aja kena flu,” ungkapnya.

Lalu, dalam sebuah studi mengenai efektivitas vaksin, hasil menunjukkan vaksin akan direspons dengan baik oleh tubuh ketika cukup tidur. Oleh karena itu, sangat disarankan dalam 1 minggu sebelum divaksin harus cukup tidur. Untuk orang dewasa kebutuhan tidurnya sekitar 7 sampai 9 jam per hari.

“Tidur itu yang penting durasinya cukup, kontinyu, dan kualitasnya baik. Kalau kualitasnya baik tapi durasinya kurang ya kurang,” tegas Andreas.

Salah satu cara mengukur kualitas tidur selain dengan melihat gelombang otak adalah dengan menilai bagaimana keadaan tubuh saat bangun di pagi hari dan beraktivitas tanpa tambahan nikotin atau kafein.

“Kalau setiap beraktivitas kita butuh kafein bisa jadi tidur anda kurang sehat,” kata Andreas.

 

Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi


Infografis

[INFOGRAFIS] Kala Insomnia Merusak Kualitas Tidur Anda
Kala insomnia menyerang, bukan hanya kualitas hidup anda yang terganggu. Aktivitas sehar-hari pun dapat berantakan.
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya