Liputan6.com, Jakarta - Water for Women Project Manager, Yayasan Plan International Indonesia, Silvia Landa, menjelaskan tentang peluncuran Panduan Pemicuan Perubahan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun di Sekolah/Madrasah dan Masyarakat.
Menurutnya panduan cuci tangan pakai sabun (CTPS) ini diluncurkan oleh Plan Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta dukungan dari DFAT Australia.
Baca Juga
6 Kebiasaan yang Bikin Berat Badan Turun Lebih Banyak, Termasuk Tidur Cukup
Linkin Park dan 4 Musisi Top Amerika Ini Bakal Konser di Jakarta pada Februari 2025, Siap-Siap Rogoh Kocek Lebih Dalam!
Ririe Fairus Mengaku Tidak Sakit Hati dengan Pernikahan Mantan Suami, Tak Sungkan Sebut Nama Nissa Sabyan
“Proses (pembuatan panduan) sudah dimulai sejak September 2020 dengan pengumpulan data secara daring maupun berbagai literatur, dan perumusan metode yang akan dipilih,” ujar Silvia dalam seminar daring Katadata, Rabu (31/3/2021).
Advertisement
Metode dalam panduan tersebut sudah diujicobakan di lapangan dan dievaluasi oleh seluruh komponen terkait. Baik dari pihak kementerian, guru, sanitarian, promotor kesehatan, anak-anak, dan disabilitas.
“Harapannya, tidak ada lagi penghalang bagi kelompok-kelompok marjinal untuk ikut terlibat dalam proses desain maupun implementasi dari panduan ini.”
Ia berharap, panduan ini dapat menjadi panduan yang ramah anak. Mengingat, CTPS adalah kegiatan sederhana tapi tidak semua orang mau melakukannya. Padahal, CTPS adalah salah satu cara mencegah penyebaran COVID-19.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Berikut Ini
Pendekatan Pemicuan
Panduan CTPS ini dirancang ramah anak dan inklusif dengan menyisipkan gambar dan permainan yang menyenangkan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip perlindungan anak.
“Kami menerapkan sistem atau pendekatan pemicuan, contohnya tidak menggurui. Pemicuan itu tidak menggurui, tidak sekadar memberikan edukasi biasa, tapi mengajak masyarakat untuk berproses sehingga menyadari bahwa perilaku CTPS ini adalah langkah yang penting.”
Ia memberi contoh, permainan yang disediakan dalam panduan tersebut adalah permainan puzzle terkait alur penularan COVID-19.
“Ada juga yang secara tidak langsung, di mana sarana CTPS itu dibuat menarik, ada jejak kaki yang warna-warni menuju sarana CTPS sehingga ketika anak keluar dari toilet mereka langsung melihat sarana CTPS-nya dan teringat untuk CTPS.”
Selain itu, ada pula poster-poster yang tidak hanya mengedukasi, tapi juga menggugah. Misal, poster dengan gambar tangan yang sangat kotor hendak mencomot makanan yang memberitahukan kepada anak bahwa jika tidak mencuci tangan sebelum makan maka bakteri-bakteri di tangan mereka akan menempel di makanan dan ikut termakan.
“Harapannya, panduan-panduan ini dapat membantu untuk mempersiapkan dibuka kembali sekolah dan juga mengurangi penularan COVID-19,” tutupnya.
Advertisement