Liputan6.com, Jakarta World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa pandemi COVID-19 telah memperburuk ketidaksetaraan baik di dalam negeri, maupun antar negara.
Pernyataan ini disampaikan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus terkait Peringatan Hari Kesehatan Sedunia pada 7 April 2021, dalam konferensi persnya pada Selasa kemarin waktu Jenewa, Swiss.
Baca Juga
"Meskipun kita semua pasti terdampak pandemi, yang paling miskin dan terpinggirkan adalah yang paling terpukul. Baik dalam hal nyawa maupun mata pencaharian yang bilang," kata Tedros.
Advertisement
Tedros mengajak dunia melakukan lima perubahan penting dalam setahun mendatang. Pertama adalah investasi untuk produksi dan akses yang adil terhadap tes cepat COVID-19, oksigen, perawatan, dan vaksin baik antar negara atau di dalam negeri.
Kedua, Tedros mengajak negara-negara untuk berinvestasi serius dalam perawatan kesehatan primer, serta memberikan layanan kesehatan kepada setiap masyarakat.
"Pandemi telah mengungkap rapuhnya sistem kesehatan kita. Ketika layanan penting dihentikan sementara, banyak penyakit datang kembali," kata Tedros.
"Setidaknya setengah populasi dunia masih kekurangan akses ke layanan kesehatan esensial dan pengeluaran langsung untuk kesehatan mendorong hampir 100 juta orang ke dalam kemiskinan setiap tahun," ia menambahkan.
Â
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Utamakan Kesehatan dan Perlindungan Sosial
Tedros pun meminta agar negara-negara menghindari pemotongan pengeluaran untuk kesehatan dan sektor sosial. Menurutnya, hal semacam ini malah akan meningkatkan kesulitan di antara kelompok yang kurang beruntung.
Pemerintah pun diajak memenuhi target yang direkomendasikan WHO untuk membelanjakan tambahan 1 persen dari Pendapatan Domestik Bruto untuk perawatan kesehatan primer, yang penting demi meningkatkan keadilan dan efisiensi.
Ketiga, WHO meminta para pemimpin dunia untuk mengutamakan kesehatan dan perlindungan sosial.
Ia melihat beberapa negara telah menerapkan skema perlindungan sosial yang diperluas untuk mengurangi dampak negatif pandemi terhadap kemiskinan, pendidikan, gizi dan kesehatan secara keseluruhan.
"Skema ini harus diperpanjang hingga layanan penting aktif dan berjalan kembali. Dan mereka harus mengikutsertakan kelompok yang terpinggirkan dalam perencanaan dan pelaksanaan skema di masa depan," ujarnya.
Advertisement
Lingkungan Aman, Sehat, dan Inklusif
Keempat, WHO meminta agar pemerintah membangun lingkungan yang aman, sehat, dan inklusif. Ia menyebut, 80 persen populasi dunia yang hidup dalam kemiskinan ekstrem, berada di pedesaan di mana 7 dari 10 orang tidak memiliki akses ke sanitasi dasar dan layanan air.
"Jadi negara harus meningkatkan upaya untuk menjangkau masyarakat pedesaan dengan kesehatan dan layanan sosial dasar lainnya," kata Tedros.
Terakhir, sistem data dan informasi kesehatan haruslah ditingkatkan.Â
Menurut Tedros, data yang berkualitas dan tepat waktu, berdasarkan jenis kelamin, kekayaan, pendidikan, etnis, ras, gender, dan tempat tinggal adalah kunci untuk mencari tahu di mana ada ketidakadilan, dan mengatasinya.
"Pemantauan ketidaksetaraan kesehatan harus menjadi bagian integral dari semua sistem informasi kesehatan nasional. Saat ini hanya separuh negara di dunia yang memiliki kapasitas untuk melakukan ini."
Â
Infografis 4 Tips Ciptakan Sirkulasi Udara di Ruangan Cegah Covid-19
Advertisement