Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 membuat sebagian orangtua ragu membawa anak ke luar rumah, termasuk ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan imunisasi. Terkait ini, dokter spesialis anak Soedjatmiko mengatakan bahwa sebenarnya Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan panduan yang sudah sangat jelas tentang imunisasi pada anak.
Layanan imunisasi anak, kata Miko, dipisah dari layanan yang sakit. Selain itu, tentunya penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Baca Juga
"Jadi, semua layanan imunisasi di rumah sakit, di puskesmas, atau posyandu memperhatikan protokol kesehatan. Jadi, bapak ibu yang punya anak usia bayi, balita pra sekolah, sekolah, remaja tidak usah ragu-ragu," kata Miko dalam dialog di FMB9 pada Kamis (22/4/2021).
Advertisement
Jika memang masih ragu, Miko menyarankan agar salah satu orangtua, misalnya bapak melakukan survei terlebih dahulu ke fasilitas kesehatan tempat anak bakal diimunisasi.
"Kalau masih ragu-ragu bapaknya survei dulu, mana kira-kira puskesmas yang tidak berkerumun," kata pria yang juga anggota Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) ini.
Lalu, saat survei bapak mengecek puskesmas mana yang antreannya tidak panjang dan mana yang pendek. Bisa juga melakukan survei jam-jam yang tidak terlalu ramai. "Prinsipnya, segera lengkapi imunisasi anak," tegas Miko.
Sebelum berangkat ke fasyankes, cek kembali buku imunisasi anak bakal terlihat vaksin-vaksin apa saja yang sudah didapatkan dan belum. Bila buku hilang, bisa minta dobel divaksin ke petugas kesehatan. "Tidak apa-apa dobel, tidak berbahaya."
Efek Bila Anak Tidak Diimunisasi
Imunisasi anak secara lengkap akan membuat buah hati lebih terlindungi dari paparan penyakit yang sebenarnya bisa dilindungi lewat vaksin. Sementara bila anak tidak mendapatkan imunisasi maka risiko penyakit berat hingga kematian bisa menerpa.
"Anak yang imunisasinya tidak lengkap berisiko diserang penyakit lebih berat, dirawat di rumah sakit lebih lama, bahkan bisa cacat bila sembuh atau malah meninggal," kata Miko.
Sementara pada anak yang sudah mendapatkan vaksinasi masih bisa terkena tapi jauh lebih ringan dan tidak berbahaya. "Jadi, pada prinsipnya segera lengkapi imunisasi bayi, balita, anak pra sekolah, usia sekolah dan remaja," katanya.
Jika jumlah anak melakukan imunisasi rutin sedikit, bila terjadi satu kasus kemudian menular ke yang lain bisa menimbulkan outbreak atau kejadian luar biasa bersama-sama dengan pandemi COVID-19.
"Betapa repotnya bila ini terjadi, dan betapa sedihnya bila itu menimpa anak, cucu kita sakit di rumah sakit, diinfus kemudian cacat, betapa sedihnya," katanya.
Advertisement